Jakarta, JNcom – Generasi muda atau disebut Generasi Z/kaum millenial wajib memahami wawasan kebangsaan karena mereka akan menjadi estafet kepemimpinan ke depan. Tak pelak sebagai calon pemimpin harus paham kerukunan meskipun sudah ada bhineka tunggal ika/berbeda tapi satu. Kenapa kita harus bersatu? jangan sampai karena perbedaan agama menjadi tidak rukun. Indonesia adalah negara kaya dan makmur, banyak negara yang miskin para pemimpinnya mencari cara bagaimana menghidupi rakyatnya.
Menurut H. Suprapto Indonesia adalah negara yang makmur dengan kekayaaan alam berlimpah jadi mustahil jika rakyatnya masih hidup digaris kemiskinan.Untuk itu diperlukan generasi penerus bangsa dari enam majelis agama harus paham potensi yang ada di negara kita terutama kualitas SDMnya harus ditingkatkan untuk mengelolanya. Namun harus dibarengi dengan paham dan mengerti kerukunan kebangsaan sehingga kaum millenial akan menjadi kader pimpinan yang bermanfaat bangsa dan negara serta bermanfaat bagi kerukunan.
“Bila kita masih melihat di Indonesia banyak kemiskinan dan kesengsaraan diperlukan pemimpin yang mengedepankan kepentingan rakyat dalam mengelola sumber daya alam. Terlebih potensi yang kita miliki juga potensi yang sangat dibutuhkan oleh negara-negara lain,” ujar H. Suprapto, S.Sos selaku pengurus FKUB DKI Jakarta dari MUI ketika dihubungi JURNALNUSANTARA.COM, di Jakarta, pada Sabtu (21/10/2023).
Lebih lanjut H.Suprapto mengatakan seorang pemimpin harus ada keteladanan dalam berpikir, bertutur kata dan bertindak.
“Sebagai generasi muda lebih cerdas lagi dan kritis dalam melihat fenomena global ke depan sehingga generasi muda akan lebih berhasil dalam mengelola pemerintahan terutama mengelola semua potensi yang bisa bermanfaat besar buat menjaga kelangsungan bangsa dan negara,” tuturnya.
Terlebih tambah H.Suprapto kalau kita hanya ribut akibat perbedaan yang ada artinya tidak bisa mengelola dengan baik potensi yang kita miliki buat rakyat Indonesia sendiri.
“Sangat mungkin situasi ini akan dimanfaatkan oleh beberapa negara atau kelompok tertentu yang hanya mengutamakan kelompoknya bukan memikirkan dan berbuat untuk rakyat Indonesia,” imbuhnya.
Namun demikian perlu ada kesadaran yang tinggi bagi semua termasuk generasi muda sebagai pemilik negara ini akan kondisi kita.
“Untuk itu secara individu bangsa Indonesia harus menjaga diri agar tidak mudah diadu domba, tidak mudah tertipu oleh orang orang yang sengaja dibuat agar yang ada kita meributkan perbedaan perbedaan baik suku,ras termasuk perbedaan Agama,” ungkapnya.
Lebih lanjut H.Suprapto menyatakan sebaliknya kita harus memiliki toleransi dalam kehidupan sosial harus rukun. Bila kita rukun berarti akan tercapai Persatuan. Bila kita bersatu kita bisa lebih fokus mencapai kemajuan negara kita.
“Tujuan utama pemerintah kita menuju masyarakat yang adil dan makmur. Maka secara individu para peserta SABDA ini untuk waktu yang akan datang bisa berhasil sebagai orang terdepan untuk menjadi pejuang kerukunan,” harapnya.
Dikatakan H. Suprapto maka ketika anak bangsa apalagi menjadi seorang pemimpin, ia tidak paham tentang potensi yang dimiliki Indonesia maka dia memimpinnya pun sulit menentukan arahnya tetapi jika seorang calon pimimpin sejak dini memahami bahwa Indonesia memiliki potensi dan kerawanan maka dia mulai berpikir yang potensi jadikan sebuah kekuatan dan yang kerawanan segera dieleminir agar ke depan benar-benar menjadi potensi untuk rakyat.
“Didunia ini semua membutuhkan makan dan tempat tinggal.Ada negara yang tempat tinggalnya enak tapi makannya susah, ada makanya enak tapi tempat tinggalnya susah. Maka Indonesia adalah negara yang menjadi incaran mengingat mudah tempat tinggal dan mudah cari makan,” urainya
Untuk itu masih menurut H.Suprapto bahwa persoalan manajemen/manajerial menjadi penting yaitu bagaimana kita mempersiapkan diri tinggal di negara kaya raya tapi tidak miskin atau lebih ekstrimya ada ayam mati dilumbung padi. Makanya banyak negara diluar sana yang pintar untuk mengincar Indonesia dengan menduduki meskipun susah lalu menguasai dari jauh yang penting bagaimana menikmatin kekayaan Indonesia.
“Harusnya kita kaya dengan potensi SDA kita tapi kenyataannya tidak. Ini menajdi PR generasi muda,” ungkapnya.
Ketika disinggung tentang rasa keadilan dikaitkan dengan kerukunan antar umat beragama menurutnya sesuai dengan undang-undang menuju masyarakat adil dan makmur, meskinya masyarakat merasa ada keadilan kemudian ada rasa kemakmuran mengapa? Kedua faktor tersebut menjadi penting negara akan ribut jika tidak ada kemakmuran sebaliknya negara akan hancur jika merasa tidak adil.
“Untuk itu seorang pemimpin di Indonesia harusnya berpikir bagaimana menciptakan rasa keadilan dan kemakmuran buat rakyatnya.Seorang pemimpin akan menampilkan dirinya sebagai teladan, karena setiap putusan yang diambil berorientasi pada kemakmuran rakyatnya,” tandas H. Suprapto mantan Pangdam VII Wirabuana/Sulawesi ini. (s handoko)