Semarang, JNcom – Salah satu bagian dari dunia kuliner di Indonesia, Dawet nampaknya sudah tak asing lagi bagi masyarakat Jawa yang akhir-akhir ini biasa kita jumpai ketika berada disebuah pesta Pernikahan.
Dawet dengan bahan baku Tepung, Gula merah, serta Santan akan melahirkan rasa Gurih serta manis.
Kafe Kenangasari sebagai menu spesial adalah Dawet yang dikemas menjadi varian Dawet Ayu, Dawet Durian serta Campur. Untuk Dawet Ayu hanya dipatok dengan harga 7.000/porsi.
Selain Dawet rasa dan aroma Duria yang menjadi menu utama, Kenangasari juga menyajikan Nasi Pecel serta Urap Gudangan khas Ndeso siap saji. Dalam konsep Kafe yang satu memang dirancang berbagai menu kearifan lokal.
Jika anda melintas di desa Candirejo Tuntang Kabupaten Semarang, rasanya sayang jika tidak mampir di Kafe Kenangsari. Selain ada beberapa sajian menu, Anda juga dimanjakan suasana hamparan persawahan yang tidak jauh dari danau Rawapening.
Menurut H Ella Balhella, Dawet tak hanya sebagai “Icon” tetapi juga menjadi bagian dari kuliner Indonesia yang patut dikembangkan bahkan dikenalkan ke dunia luar. Dawet, tambahnya, tidak saja digemari kaum millenial tapi bisa diterima dari berbagai kalangan.
“Soft launching Kenangasari baru pada 22 Februari 2023 namun sebelumnya kami sudah buka Kedai Dawet di jalan Merto Kusuman, Candirejo,” tandas H Ella.
Ditambahkan, dirinya mendirikan usaha Kafe selain terinspirasi mendongkrak perekonomian juga lebih giat dalam mengangkat kearifan lokal khususnya dalam hal kuliner.
Alumni S.1 jurusan Ekonomi ini tergolong cekatan dalam usaha. Pasalnya selain menjadi nahkoda di Kafe Kenangasari, juga waktunya banyak tersita di sebuah Counter Handphone miliknya di Salatiga.
“Untuk kedepan Kafe yang saat ini dibangun diatas lahan seluas 1.700 meter akan di design menjadi Wahana Wisata Kuliner, namun perlu pengembangan lahan untuk itu saya akan bekerjasama dengan pemilik lahan disekitar Cafe” tandasnya. (NANO)