Nusantara

Bedah Buku Satu Abad Gereja Jago

×

Bedah Buku Satu Abad Gereja Jago

Share this article

Ambarawa, JNcom – Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Satu Abad Gereja Jago Ambarawa, ratusan peserta menghadiri bedah buku Satu Abad Gereja Jago di Aula RR Pangestu Ambarawa, Minggu (16/03/2025).

Hadir dalam acara tersebut Penulis buku Rm Agustinus Mintara Sufiyanta, SY dengan narasumber Rm Yohanes Dwi Harsanto, Pr ( Video Kategorial KAS), Annastasia Ediati, Ph.D (Dosen Undip, psikolog),  Agnes Evi Diasristanti, S.Pd, Guru SD Kanisius Girisonta, Dr. Elizabeth Wahyu Margareth Indira (Dosen Unika) dan Soegiyopranata (psikolog).

Romo Harsanto menyampaikan bahwa buku tersebut mengupas tuntas tentang perayaan seabad Gereja Jago yang melibatkan  gereja sebagai paguyuban umat beriman di paroki Santo Yusup Ambarawa.

Dalam acara itu diharapkan dapat menggerakkan dan melibatkan semua umat tanpa kecuali mulai dari anak- anak, remaja, dewasa sampai dengan bapak ibu lansia. Pengalaman bapak ibu lansia yang senantiasa bersuka cita dapat menggerakkan roh kebahagiaan.

Kegiatan yang kedua Fun Run Festival dan pentas seni juga melibatkan segenap umat di paroki Santo Yusup Ambarawa untuk menggerakkan kaum muda.

Sarasehan lintas iman merupakan agenda ketiga yang bisa memberikan kebersamaan sebagai warga masyarakat Ambarawa yang majemuk baik suku, agama, ras dan antar budaya. Berjalan bersama kaum beriman di Paroki Santo Yusup Ambarawa

Annastasia Ediati, PhD Dosen Undip, psikolog mengatakan, Jago dapat diterjemahkan :
1. Jenuh: tantangannya adalah keprihatinan kita bersama jika kita mengalami kejenuhan dalam pelayanan.
2. Alok: menyapa satu sama lain di antara umat untuk menjalin komunikasi dan relasi yang baik dengan semua orang.
3. Guru: Di Paroki Santo Yusup Ambarawa banyak terdapat komunitas guru yang melayani, parenting, guru yang mendengarkan murid, orangtua yang mendengarkan anak, melibatkan dari PIA, PIR, OMK , orang tua juga lansia.

Agnes Evi Diasristanti menyampaikan pengalaman pribadi ketika membaca buku ini dari penutup menilai adanya pergolakan hidup yang dihadapi dengan suami dari membaca buku ini merasa mendapatkan penguatan dan pencerahan. Membaca buku ini ibarat minum kopi seteguk demi seteguk dinikmati dan dirasakannya. (NOOR HAYATI/NN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *