November 28, 2024

Jateng, JNcom – Situs candi Liyangan merupakan situs yang menunjukkan adanya peradaban pada masa Jawa Kuno.
Situs Liyangan ini terpendam terkubur dalam tanah setebal kurang lebih 9 m, karena meletusnya gunung berapi purba gunung Sindoro. Situs ini terletak di desa Ngargosari Liyangan, Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung.

Dengan kontor tanah bertingkat memungkinkan dibaginya menjadi 4 bagian/ halaman.
Halaman 1:
Terdapat batur candi dengan kaki candi di atasnya terdapat altar berbentuk seperti yoni persegi panjang dengan tiga lubang di atasnya yang membedakan yoni pada umumnya hanya dengan satu lubang untuk lingga. Kemungkinan dulunya berfungsi untuk ritual pemujaan.
Pada halaman ini juga diketemukan batur candi lainnya yang serupa berjumlah empat, sehingga total keseluruhan ada 5 struktur berjejer arah utara- selatan.

Halaman kedua:
Terdapat batur candi dengan beberapa bagian terdapat seperti umpak, yang biasanya di atas umpak dipasang balok kayu untuk bangunan atau pendopo, diperkirakan dulunya adalah sebuah pasar yang digunakan untuk transaksi antara penjual dan pembeli, hal ini dibuktikan dengan adanya banyak temuan guci pada masa Dinasti Tang. Pecahan guci bisa dilihat di barak atau ruang kerja ini karena banyak artefak keramik disimpan disini.

Halaman ketiga:
Diketemukannya adanya candi dengan batur dan kaki candi berbentuk Yoni.

Halaman keempat:
Baru selesai direkonstruksi 2014 adalah patirtaan dengan beberapa jaladwara saluran air.

Situs Liyangan ini sangat menarik dan istimewa karena juga diketemukan adanya fosil padi atau beras yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke 2 Masehi. Fosil padi atau beras ini terlihat menghitam dan berbentuk bulat pendek hampir seperti ketan.

Sementara di halaman teratas ditenggarai adalah sebagai lahan pertanian bagi masyarakat pada waktu itu.

Keistimewaan lain dari candi Liyangan ini adalah adanya temuan pagar yang membentuk talud pagar membujur panjang arah utara selatan dan di antara talud pagar tadi tertata rapi susunan batuan membentuk jalan panjang yang pada masanya menghubungkan antara Dieng dan candi Pringapus. Susunan batu ini merupakan jalur kuno sebagai jalan yang menghubungkan Dieng- Liyangan dan Pringapus.

Filosofi situs candi Liyangan:

  1. Setiap kali kita mau berdoa atau Sembah Hyang kita terlebih dahulu membersihkan diri dengan membasuh tubuh kita atau mandi secara fisik ( secara rohani membersihkan diri dari segala hal duniawi atau hawa nafsu dan mengosongkan diri untuk berdoa).
  2. Barulah kita mempersiapkan rohani atau batin kita untuk berdoa atau Sembah Hyang.
    Menghadap Sang Akar yang Jagad, Gusti ingkang murbeng Jagad.

Situs candi Liyangan menunjukkan betapa peradapan masyarakat Jawa Kuno sudah cukup tinggi dengan adanya kehidupan profan dan juga sakral.

Demikian seperti yang dilaporkan oleh Noor Hayati dari hasil wawancara berbagai narasumber. (NANO)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *