Gala Premiere “Home Sweet Loan” berlangsung di XXI Epicentrum, Jakarta, pada 18 September 2024, dan film ini akan tayang serentak mulai 26 September 2024
Jakarta, JNcom – Film terbaru Visinema Pictures, “Home Sweet Loan,” yang terinspirasi dari novel laris karya Almira Bastari, sukses menggelar Gala Premiere pada 18 September 2024 di XXI Epicentrum, Jakarta. Film ini dijadwalkan tayang serentak mulai 26 September mendatang.
“Home Sweet Loan,” disutradarai oleh Sabrina Rochelle Kalangie dan diproduseri oleh Cristian Imanuell, mengisahkan perjuangan hidup Kaluna, seorang pekerja kelas menengah yang terjebak dalam dilema sandwich generation.
Cerita ini menggambarkan tantangan yang dihadapi Kaluna saat mencoba menyeimbangkan tanggung jawab terhadap keluarga dan impian pribadinya.
Yunita Siregar, yang berperan sebagai Kaluna, mengungkapkan, “Aku bisa merasakan apa yang Kaluna rasakan. Sebagai anak bungsu, aku paham betul bagaimana rasanya ingin keluar dari lingkungan keluarga yang mengekang. Di satu sisi, kita ingin membantu keluarga, tetapi di sisi lain, kita juga punya mimpi sendiri.”
Film ini adalah drama keluarga yang sangat relatable bagi banyak orang, menggambarkan keruwetan hidup keluarga dengan nuansa yang terasa nyata. Setiap konflik dan dinamika yang ditampilkan mencerminkan pengalaman sehari-hari yang akrab bagi penonton.
Kaluna dihadapkan pada pilihan sulit antara mengejar impian memiliki rumah sendiri atau terus menanggung beban finansial keluarganya. Dilema ini menggambarkan perjuangan antara aspirasi pribadi dan tanggung jawab keluarga yang harus ia hadapi.
Cerita ini menyentuh banyak orang, terutama mereka yang merasakan kerasnya perjuangan sebagai pejuang hidup dan keluarga. Kisah Kaluna menggambarkan realitas yang akrab bagi banyak individu yang berjuang untuk keseimbangan antara impian pribadi dan tanggung jawab terhadap orang-orang terkasih.
“Home Sweet Loan,” yang disutradarai oleh Sabrina Rochelle Kalangie, mengangkat drama keluarga yang dikemas dengan manis, berhasil mengundang tangis penonton. Kisahnya yang emosional dan relatable membuat setiap momen terasa mendalam dan mengena di hati.
Sang sutradara berhasil menyajikan karya yang sangat dekat dengan kehidupan penonton. Meskipun “Home Sweet Loan” adalah film drama, cerita ini tidak terjebak dalam klise yang sering kali terasa tidak realistis. Sebaliknya, drama yang ditampilkan mencerminkan pengalaman yang mungkin pernah kita alami, menjadikannya relevan dan relatable bagi banyak orang.
Cristian Imanuell, sang produser, menarasikan perjuangan hidup Kaluna, seorang model paruh waktu dan pekerja kelas menengah yang terjebak dalam dilema sandwich generation. Kisahnya menggambarkan tantangan yang dihadapi Kaluna saat berusaha menyeimbangkan tuntutan keluarga dan aspirasi pribadinya.
Kaluna harus menghadapi pilihan sulit antara mengejar impian memiliki rumah sendiri atau terus menanggung beban finansial keluarganya.
Alur narasinya sederhana dan mengalir, membuat penonton merasa terhubung dan berkata, “Itu gue banget.” Salah satu adegan yang mengena adalah saat Kaluna harus merelakan kamarnya untuk dipakai oleh dua ponakannya, sementara dia sendiri harus tidur di kamar yang disiapkan untuk asisten rumah tangga.
Siapa bilang anak bungsu selalu diuntungkan dengan kebungsuannya? Dalam “Home Sweet Loan,” Kaluna yang merupakan anak bungsu justru menjadi penopang keluarga. Perannya menunjukkan betapa beratnya tanggung jawab yang harus diemban meskipun sering kali dianggap sepele.
Token listrik habis, piring kotor, dan menyapu lantai, semua urusan Kaluna. Bahkan, dia juga harus menangani hutang kakaknya.
Di situlah sutradara membangun konflik utama. Kaluna dihadapkan pada pilihan sulit: mengejar impian memiliki rumah sendiri atau terus menolong keluarganya.
Sabrina Rochelle Kalangie, selaku sutradara, menggambarkan kehidupan Kaluna sebagai “beautiful mess.” Menurutnya, keruwetan hidup Kaluna adalah refleksi dari kehidupan banyak orang di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, di mana tantangan dan kebingungan sering kali berdampingan dengan keindahan dan harapan.
“Aku ingin menampilkan keruwetan itu dalam film. Dunianya Kaluna adalah dunia pekerja, kelas menengah yang penuh dengan kerumitan. Meskipun hidupnya ruwet, tetap ada sisi indah dalam perjuangannya,” ujar Sabrina.
Film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Almira Bastari ini berhasil memancing air mata penonton. Ceritanya sederhana, namun mencerminkan kenyataan pahit tentang lika-liku dalam menemukan rumah impian. ***(Guffe)