Halal Bihalal yang digelar Srikandi Tenaga Pembangunan (TP) Sriwijaya dan peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2024, talk show disampaikan dr. Soeharijanto Ary Soekadi, MPsiT, dengan tema “Paparan Lansia Tangguh”.
Jakarta, JNcom – Halal Bihalal yang digelar Srikandi Tenaga Pembangunan (TP) Sriwijaya dan peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2024, serta Talk Show yang dipandu Ketua Umum TP Sriwijaya, Nyimas Aliah SE. S.Sos. M.Ikom, dengan tema “Menjadikan Lansia Tangguh dan Bermartabat”, bertempat di Gedung RJA DPR RI, Jl. Raya Kalibata, Jakarta Selatan, pada Selasa (21/5/2024).
Dalam talk show yang disampaikan dr. Soeharijanto Ary Soekadi, MPsiT, dengan tema “Paparan Lansia Tangguh” disebutkan bahwa lanjut usia (Lansia) sebenarnya di atas 90 tahun. Namun, menurut pembagian WHO, Lansia dimulai dengan usia pertengahan yaitu 45-59 tahun yang disebut dengan middle age, kemudian 60-74 tahun dan 75-90 tahun.
“Tapi sebenarnya jangan dilihat usianya, tapi semangatnya. Lansia ini adalah hal yang tidak bisa kita hentikan karena dalam Alquran QS Yaasin ayat 68 disebutkan: ‘Barang siapa memperpanjang umurnya, Aku kembalikan dia pada keadaannya semula. Apakah kamu tidak mengetahui?’,” ucap Ary, sapaan akrabnya.
Ary mengatakan, Statistik BPS tahun 2023 menunjukkan bahwa penduduk Lansia di Indonesia naik menjadi 11,75% dari jumlah 280 juta penduduk Indonesia. Makin hari, persentasenya kian tinggi, sehingga kita semakin mendapatkan demografi lansia. Lansia sudah melebihi 40 juta orang. Lalu, mau diapakan? Ayo, Lansia itu harus diberdayakan.
Lanjut Ary, jadi ada beberapa tipe kepribadian Lansia yang perlu diketahui. Pertama adalah kepribadian Constructive, yaitu mereka yang sudah menyiapkan diri. Mereka siap menghadapi masa Lansia, termasuk juga tabungan, dan sudah siap ditinggalkan oleh anak cucu.
Kemudian, kepribadian Tergantung, yaitu mereka yang selama hidup dengan pasangan merasa bahagia dan saling menyayangi. Namun, setelah pasangannya pergi, mereka merasakan kesendirian. Ini sangat berbahaya karena mereka sangat bergantung pada pasangannya.
Berikutnya, kepribadian Mandiri yaitu mereka yang sudah mandiri dan tidak mau tergantung pada orang lain. Selanjutnya, kepribadian Defensive, yaitu mereka yang selalu merasa disalahkan. Dinasehati oleh anak cucu, mereka selalu merasa disalahkan.
Lalu, kepribadian Bermusuhan. Mereka selalu merasa disalahkan, orang lain dianggap perusuh, dan selalu iri dengan orang lain.
Kepribadian Diri Sendiri, yaitu mereka yang selalu menyalahkan diri sendiri. Kepribadian seperti ini biasanya memiliki risiko untuk melakukan bunuh diri.
Para pendampingnya,” tutur Ary, harap memahami bahwa ada Lansia, orangtua kita, yang suka marah tanpa alasan yang jelas. Hati-hati, kecenderungannya bisa menuju bunuh diri, ini yang harus diwaspadai.
Kalau sindrom kekuasaan yang dulunya menjabat terus pensiun, dia mungkin merasa bahwa masih memiliki kekuasaan di rumah, sehingga anak cucu dan ART dianggap sebagai staff. Ini bisa berujung pada mereka kabur karena perilaku yang galak.
Lebih jauh Ary memaparkan, pada Lansia seringkali terjadi masalah psikososial seperti mulai mengalami gangguan ingatan atau lupa, penurunan potensi seksual, pensiun dari pekerjaan, perubahan sosial yang signifikan, serta munculnya rasa cemas dan takut terhadap berbagai hal. Hal ini bisa menjadi tantangan yang signifikan dalam menjalani kehidupan Lansia.
Masalah lupa atau demensia memang sering terjadi pada Lansia. Ketika Lansia merasa sendirian dan ditinggalkan oleh anak cucu, hal ini dapat menyebabkan perasaan introjeksi atau menarik diri, yang pada akhirnya dapat berujung pada masalah lupa atau demensia yang lebih serius.
Penting untuk memberikan perhatian dan dukungan yang cukup kepada Lansia agar mereka merasa dihargai dan terhubung dengan lingkungan sosial mereka.
Makanya, saya menyambung ceritanya dengan terapi musik dan lagu adalah langkah yang bagus. Terapi musik dan lagu dapat merangsang sel-sel otak dan membantu dalam meremind agar Lansia dapat mengingat dengan lebih baik.
Ini adalah pendekatan yang holistik dan bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional Lansia.
Depresi sering terjadi pada Lansia, terutama ketika mereka merasa kesepian, stres, atau kehilangan pasangan hidup mereka. Hal ini bisa menyebabkan perilaku yang sulit, termasuk marah-marah, yang pada akhirnya dapat merusak hubungan dengan keluarga dan staf.
Perasaan bahwa mereka masih memegang kendali atau merasa sebagai “boss” juga dapat memperumit situasi dan mempengaruhi interaksi mereka dengan orang lain. Penting untuk memberikan dukungan emosional dan perhatian yang tepat kepada Lansia yang mengalami depresi atau stres.
Memang, tanpa disadari, anak, cucu, dan ART di rumah bisa merasa terancam atau terbebani oleh perilaku galak dari Lansia. Ini dapat menyebabkan mereka merasa tidak nyaman atau terpaksa untuk kabur.
Ketika Lansia merasa sendirian karena kepergiannya, stresnya bisa meningkat, dan ironisnya, ketika dia membutuhkan bantuan atau dukungan, mereka mungkin merasa kesepian karena tidak ada yang mau datang membantu.
Penting bagi Lansia untuk melakukan introspeksi diri dan mungkin mencari bantuan profesional untuk mengelola emosi dan perilaku mereka dengan lebih baik.
Tidak bisa tidur malam karena tidak bisa mengatur waktu tidur dapat menyebabkan gangguan tidur yang serius dan berbahaya bagi kesehatan Lansia. Kurang tidur dapat menyebabkan penurunan kinerja kognitif, peningkatan risiko terhadap penyakit jantung dan diabetes, serta memperburuk kondisi kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.
Penting untuk mencari solusi untuk mengatur waktu tidur dengan lebih baik, seperti menciptakan rutinitas tidur yang konsisten dan mencari bantuan medis jika diperlukan.
Memang, perubahan pada kulit adalah hal yang umum terjadi pada Lansia karena proses penuaan. Beberapa orang mungkin merasa frustrasi atau tidak puas dengan perubahan ini, sehingga mereka mencoba berbagai perawatan untuk menjaga kulit mereka tetap kencang dan muda.
Namun, penting untuk menerima takdir dan kodrat yang sudah diberikan Allah, termasuk proses penuaan dan perubahan fisik yang terjadi seiring bertambahnya usia.
Menggunakan uang pensiun hanya untuk kecantikan juga bisa menjadi tidak seimbang, karena ada kebutuhan lain yang juga harus dipertimbangkan.
Yang penting adalah merawat diri dengan sehat dan merasa nyaman dengan perubahan yang alami pada tubuh.
Penyakit jantung memang perlu diwaspadai, terutama pada Lansia. Jika jantung tidak dijaga sejak usia muda, risiko terkena penyakit jantung pada usia lanjut dapat meningkat secara signifikan.
Selain itu, Lansia juga rentan terhadap masalah kesehatan lainnya seperti penglihatan yang kabur dan masalah pada sendi seperti nyeri lutut. Penting untuk menjaga kesehatan secara holistik sepanjang usia, termasuk dengan gaya hidup sehat, pola makan yang baik, dan aktivitas fisik yang teratur.
Pemeriksaan rutin dan perawatan medis yang tepat juga penting untuk mencegah dan mengelola penyakit jantung serta masalah kesehatan lainnya pada Lansia.
Lansia juga suka baper, sering mengalami perasaan sedih atau kesepian jika mereka tidak mendapatkan perhatian atau dukungan yang mereka harapkan dari keluarga, terutama anak-anak mereka.
Perasaan ini bisa membuat mereka kehilangan nafsu makan dan mulai menyalahkan diri sendiri. Penting bagi keluarga untuk tetap terhubung secara emosional dengan Lansia dan memberikan perhatian serta dukungan yang cukup kepada mereka.
Komunikasi yang teratur, kunjungan secara rutin, dan menunjukkan kasih sayang kepada Lansia dapat membantu mereka merasa dihargai dan dicintai, serta memperkuat kesejahteraan mental dan emosional mereka.
Bagaimana Lansia untuk bisa kedepanya, ada yang namanya Sekolah Lansia. Sekolah Lansia adalah inisiatif yang bagus untuk membantu Lansia tetap terhubung dengan komunitas dan tetap aktif secara mental dan sosial.
Melalui Sekolah Lansia, mereka dapat terlibat dalam berbagai kegiatan, seperti kelas-kelas yang dirancang khusus untuk kebutuhan Lansia, pelatihan keterampilan baru, kegiatan seni dan budaya, serta program-program sosial yang memungkinkan mereka untuk tetap berinteraksi dan berbagi pengalaman dengan sesama Lansia.
Ini adalah cara yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup Lansia, serta menjaga semangat dan kebahagiaan mereka di masa tua.
Sekolah Lansia dapat menjadi tempat yang sangat berharga untuk mengajarkan Lansia bagaimana menjadi tangguh, aktif, dan produktif di usia lanjut. Pembentukan Posyandu Lansia juga sangat penting untuk memberikan pelayanan kesehatan dan sosial yang terpadu bagi Lansia di masyarakat.
Melalui kegiatan di Sekolah Lansia dan Posyandu Lansia, mereka dapat terus belajar tentang kesehatan fisik dan mental, mendapatkan dukungan sosial, serta tetap terhubung dengan komunitas.
Ini adalah resep yang bagus untuk meningkatkan kualitas hidup Lansia dan memungkinkan mereka untuk menjalani hidup yang panjang dan bermakna.
Inisiasi untuk membentuk Sekolah Lansia di Jawa Barat dengan kerjasama antara anak-anak Indonesia Ramah Lansia, Pemerintah Daerah, BKKBN, dan Indonesia Makan Siang adalah langkah yang sangat positif. Dengan adanya 60 Sekolah Lansia di Jawa Barat, masing-masing dengan 40-50 peserta, akan memberikan dampak yang besar dalam meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup Lansia di wilayah tersebut.
Semoga program ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi Lansia serta memberikan inspirasi bagi daerah-daerah lain untuk mengadopsi konsep yang serupa.
Menjadwalkan pertemuan sekali sebulan untuk kumpulannya dan acara wisuda setelah satu tahun adalah pendekatan yang bagus. Hal ini memberi kesempatan bagi Lansia untuk secara teratur terlibat dalam kegiatan sosial dan belajar selama periode tertentu sebelum diwisuda.
Penting juga untuk menekankan kepada peserta Lansia bahwa di Sekolah Lansia, semua adalah sama dan tidak ada perbedaan status. Ini menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung untuk berinteraksi sosial tanpa rasa inferioritas atau superioritas.
Menjadi Lansia yang tangguh memang memerlukan komitmen untuk tetap aktif, produktif, dan semangat dalam hal-hal yang diminati. Ini meliputi menjaga kesehatan dengan rajin memeriksa diri di Posyandu Lansia, bersosialisasi untuk mendapatkan kebahagiaan rohani melalui interaksi sosial yang positif, serta ikut program-program seperti pesantren Lansia bagi Muslim untuk menjaga keseimbangan rohani.
Selain itu, berserah diri pada Allah dan selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan adalah hal yang penting untuk mempertahankan kesejahteraan mental dan emosional. Dengan menggabungkan aspek-aspek ini, Lansia dapat menjalani masa tua dengan penuh makna dan kebahagiaan. ***(Guffe)