Jakarta, JNcom – Humanitarian Forum Indonesia (HFI) adalah sebuah wadah toleransi yang fokus dalam penanggulangan bencana yang anggotanya dari berbagai lintas agama. Pada bulan Ramadhan 1445 H tahun ini adakan buka bersama dalam rangka meningkatkan tali silahturahmi antar anggota.
Menurut Surya Rahman Muhammad keberadaan HFI secara legal kami merupakan lembaga nasional walaupun kami di inisiasi dorongan dari internasional tapi berstatus lembaga nasional.
“Kami tidak memiliki cabang yang memiliki cabang adalah anggota anggota kami seperti lembaga dompet duafa, wahana musik indonesia ada Katolik Indonesia,” ujar Surya Rahman Muhammad selaku Direktur Eksekutif HFI kepada JURNALNUSANTARA.COM, di Jakarta, Kamis (21/03/2024).
Dikatakan Surya Rahman memang sementara ini baru ada tiga perwakilan agama Indonesia yang bergabung di HFI yaitu protestan, katolik dan muslim sedangkan agama hindu, budha dan khonghucu belum, karena agama tersebut belum memiliki organisasi khusus untuk menanggulangi kemanusiaan.
“Namun dengan demikian kami sebagai pengurus HFI terus mengupayakan agar kedepannya agama Hindu, Budha dan Konghucu bisa bergabung,” terangnya.
Ditempat yang sama Pdt Victor Rembeth yang sekaligus penceramah menyoroti viralnya takjil dibulan ramadhan ironisnya yang mendapatkan lebih banyak orang non-muslim ini sebuah cermin ketamakan seseorang.
“Esensi ceramah kali ini adalah isu kemanusiaan dimana kita harus bicara mereduksi ketamakan, bekerja bersama-sama dan berbagi dan itu bagian dari kebersamaan kemanusian kita tidak melihat latar belakang agamanya,” urainya.
Sementara itu Liem Liliany Lontoh sebagai mitra dari Matakin mengatakan bahwa sejak bergabung dengan HFI pada saat sosialisasi rumah ibadah Tangguh Bencana.
“Program HFI selain membuat buku tentang program kerja HFI juga mensosialisasikan kegiatan yang sedang dijalankan untuk kepentingan masyarakat,” ungkapnya.
Tak ketinggalan Widowati menyebut di HFI bersatu dalam keberagaman seperti yang disampaikan Pdt Victor Rembeth dalam tausiahnya menjelang berbuka puasa Ramadhan yang semestinya tausiah bukber tersebut di sampaikan oleh tokoh agama Islam namun dalam kegiatan Bukber di HFI ini bisa beragam yang memberikan tausiahnya.
“Artinya dalam setiap kegiatan keagamaan di HFI kami saling menjaga kebersamaan dan melengkapi karena hal ini bagian dari mengakui keberagaman antar umat beragama sehingga kita bisa bilang toleransi beragama di Indonesia itu bukan hanya sekedar wacana lagi,” terang Widowati yang juga sebagai Program Manager HFI.
Masih menurut Widowati keberagaman beragama melalui kerja-kerja dalam kegiatan setelah menjadi anggota maupun mitra di HFI ini sudah kita praktekan langsung di lapangan, seperti ketika terjadi kolaborasi di provinsi Papua itu ada gereja yang dipakai kegiatan pelayanan kesehatan oleh teman -teman muslim dari Muhamadiyah.
“Karena selain keberagaman, kami juga di HFI ini lebih fokus kepada isu toleransi dalam penanggulangan bencana,” tandasnya. (s handoko)