Jakarta, JNcom – Ditengah isu global warning yang melanda dunia saat ini tak terkecuali Indonesia berpengaruh terhadap ketersedian stok pangan nasional.
Hal ini menjadi perhatian serius pemerintah terlebih India menolak ekspor beras ke Indonesia meskipun langkah India tak akan pengaruhi stabilitas pangan nasional karena pemerintah India menawarkan trade balancing dengan Indonesia.
Pemerintah melalui Bulog untuk mengisi stok cadangan beras lewat impor dari Vietnam, Pakistan, Thailand, Burma/Myanmar, Jepang, China termasuk India dengan kuota 2 juta ton.
Menurut Raswari kondisi saat ini dunia mengalami kekeringan tentu berimbas ke beberapa sektor seperti pangan Akhirnya terbukti India yang menjadi pengekspor beras ke berbagai negara sebesar 40 persen, kini kesulitan mengekspor beras ke Indonesia akibat gagal panen.
“Solusinya harus mencari kenegara tetangga penghasil beras yakni Vietnam dan Myanmar karena saya pernah kesana panennya berlimpah mudah-mudah tidak berimbas dengan pemanasan global, sehingga pemerintah harus menyiapkan beberapa planning yang melibat kementerian terkait,” ujar Ir.Raswari, MM selaku Ketum PIPI ketika dijumpai JURNALNUSANTARA.COM, di Jakarta, Sabtu (26/08/2023).
Dikatakan Raswari program jangka pendek untuk mengatasi krisis pangan selain impor juga harus membiasakan mengkonsumsi palawija seperti jagung dan umbi-umbian. Alternatif lain bisa beras ketan.
“Untuk program jangka panjangnya pemerintah harus mempertahankan daerah yang berpotensi menjadi lumbung padi baik di Jawa Tengah (Boyolali) dan Jawa Barat (Karawang),” tegasnya.
Ketika disinggung program cetak sawah yang tidak maksimal tambah Raswari pemerintah harus menyiapkan lahan-lahan kosong produktif, ketersedian pupuk dan jenis tanah yang subur.
“Program cetak sawah ini harus dikelola dengan management yang baik seperti irigasi dan bibitnya. Semua harus berproses jangan dadakan,” tandasnya. (Han)