November 28, 2024

Jakarta, JNcom – BKKBN bersama mitra kerja DPR RI menggelar Sosisalisasi dan KIE Program Bangga Kencana di Gedung Antasari Lt. 3 Kantor Walikota Jakarta Selatan, Kec. Kebayoran Baru, Kota Adm. Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta, Minggu (17/11/2024). Hadir dalam acara tersebut Farah Savira (Anggota Komisi E DPRD DK Jakarta) dan narasumber M. Yahya Zaini, SH (Anggota Komisi IX DPR RI), Dr. Faharuddin, SST., M.Si (Direktur Analisis Dampak Kependudukan BKKBN Pusat), Nur Dini Wahyuningsih (Ketua Subkelompok Pengendalian Penduduk DPPAPP Prov. DKI)

Dalam kesempatan tersebut, Anggota Komisi IX DPR RI, M. Yahya Zaini, SH membawakan materi tentang Pembangunan Keluarga dan Pencegahan Stunting. Menurutnya, Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Masa ini meliputi 270 hari selama kehamilan dan 730 hari (2 tahun) setelah kelahiran.

“Selama periode ini, 80% perkembangan otak manusia ditentukan, sehingga asupan gizi yang baik sangat penting. Anak yang mengalami stunting memiliki postur tubuh yang lebih pendek dibandingkan anak seusianya dan berisiko memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah,” jelas Yahya

Ditambahkan Yahya, upaya pencegahan Stunting dilakukan pemerintah untuk mendukung masa depan bangsa agar anak-anak sehat dan dapat bersaing dengan negara lain, sehingga Indonesia dapat menjadi negara maju. Berdasarkan data, angka stunting di Indonesia masih tinggi yaitu 21,5 persen, sementara Pemerintah menargetkan angka stunting turun menjadi 14%. Di tingkat provinsi, NTT memiliki angka stunting mencapai 37,9%, tertinggi kedua di Indonesia. Sementara DKI Jakarta masih 17,7%, dengan peningkatan di hampir seluruh wilayah kecuali Kepulauan Seribu.

“Stunting tidak dapat diobati, tetapi dapat dicegah. Pencegahan stunting adalah upaya bersama dengan memperhatikan asupan gizi, menjaga kebersihan, dan rutin memantau pertumbuhan anak, maka Indonesia dapat menurunkan angka stunting dan menciptakan generasi yang lebih sehat dan kompetitif,” tutur Yahya.

Untuk mencegah Stunting, kata Yahya, ada beberapa langkah-langkah pencegahan stunting yang direkomendasikan yaitu Pemberian Asupan Gizi Cukup untuk Ibu Hamil dengan mengonsumsi makanan bergizi, terutama yang mengandung protein hewani. BKKBN menganjurkan usia kehamilan hingga 35 tahun dengan anjuran memiliki 2 anak untuk kesehatan optimal.

Kedua, Pemberian ASI Eksklusif perlu diberikan kepada Bayi selama 6 bulan pertama. Setelah 6 bulan, bayi dapat diberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) dan susu formula jika diperlukan hingga usia 2 tahun. Ketiga, Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu. Ibu-ibu diminta membawa anak ke Posyandu secara rutin untuk memantau tinggi dan berat badan dimana Panjang lahir ideal bayi adalah 48–50 cm.

“Berdasarkan hasil survei, setiap ibu hamil di Indonesia disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 6 kali selama masa kehamilan. Namun, faktanya hanya sekitar 27% ibu hamil yang melakukannya. Kemudian sebanyak 11% ibu hamil mengalami kurang energi kronis, yang dapat berdampak buruk pada kesehatan ibu dan janin,” jelasnya.

Keempat, Perlu Menjaga Kebersihan Lingkungan. Menurutnya, Lingkungan yang bersih dapat mencegah anak dari penyakit seperti diare, muntah, atau infeksi. Kelima, memberikan Edukasi untuk Remaja dan Calon Ibu. Melalui Sosialisasi oleh BKKBN, dimaksudkan untuk memberikan ilmu tentang pentingnya gizi sejak dini, terutama bagi remaja putri yang kelak akan menjadi ibu.

Direktur Analisis Dampak Kependudukan BKKBN Pusat, Dr. Faharuddin, SST., M.Si mengatakan, untuk membentuk keluarga yang berkualitas diperlukan Perencanaan Pembangunan Keluarga. Menurutnya, Perencanaan tersebut sangat penting agar menjadi keluarga yang sehat dan sejahtera.

“Mulailah dengan perencanaan yang matang, termasuk mempertimbangkan usia yang ideal untuk menikah, yaitu 21 tahun ke atas. Pada usia ini, organ reproduksi lebih matang dan siap untuk kehamilan,” ungkapnya.

Selain itu, setiap pasangan keluarga penting untuk menghindari Konflik Keluarga. Konflik dalam rumah tangga sering kali menjadi penyebab perceraian. Oleh karena itu, keluarga harus dibangun atas dasar komunikasi yang baik dan kesehatan mental serta fisik yang optimal. “Disarankan untuk menikah setelah usia 20 tahun agar secara fisik dan mental lebih siap,” imbuhnya.

Faktor lainnya adalah melakukan Perencanaan Jumlah Anak. Sesuaikan jumlah anak dengan kemampuan finansial keluarga. Idealnya, memiliki dua anak dianggap lebih sehat dan memungkinkan pengelolaan yang lebih baik. Pendidikan anak juga harus direncanakan dengan memberikan bekal yang baik demi masa depan mereka. Biaya hidup, pendidikan, dan kebutuhan lainnya juga harus diperhitungkan.

“Faktor Ekonomi dan Pendidikan seringkali menjadi penyebabnya. Jika kemampuan finansial keluarga tidak mencukupi, pendidikan anak berpotensi tidak terjamin. Oleh karena itu, penting untuk menyesuaikan jumlah anggota keluarga dengan kemampuan ekonomi yang dimiliki,” ujarnya.

Ditempat yang sama, Ketua Subkelompok Pengendalian Penduduk DDPAPP Prov. DKI, Nur Dini Wahyuningsih berpendapat bahwa pencegahan stunting harus dimulai sejak usia remaja dengan memperhatikan kesehatan dan pola hidup sehat. Melalui program Generasi Berencana (Genre), diharapkan dapat mendorong remaja untuk merencanakan masa depan, termasuk pendidikan, kesehatan reproduksi, dan kehidupan berkeluarga yang sehat.

“Remaja perlu didorong untuk mengikuti kegiatan Pusat Informasi dan Konseling (PIK) di lingkungan masyarakat. Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya perencanaan pendidikan dan kesehatan reproduksi,” pungkasnya. (red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *