Jakarta, JNcom – Potensi terjadinya serangan stroke yang merupakan masalah kesehatan dunia (major public health) mengundang perhatian negara-negara di seluruh dunia karena jumlahnya yang cukup besar. Mengutip data dari World Stroke Organization tahun 2022, setiap tahunnya ada sekitar 12 juta orang yang terkena stroke. Artinya, setiap 3 detik ada orang yang terkena stroke.
Seorang dokter spesialis Neurologie yang praktek di RS Siloam TB Simatupang, dr. Peter Gunawan Ng, SpN, FAf Neurologie (DE) menjelaskan, Stroke disebabkan oleh dua hal yaitu tersumbatnya pembuluh darah dengan persentase 88 persen dan pembuluh darah yang pecah sebanyak 12 persen.
Menurutnya, untuk terhindar dari penyakit Stroke, masyarakat perlu mengenali faktor resiko terjadinya stroke yaitu hipertensi, merokok, diabetes dan kolesterol. Secara statistik, selain faktor genetik, usia yang semakin tua juga sangat rentan terjadinya stroke. Namun, saat ini faktor lifestyle menjadi momok di negara Indonesia karena resiko akan lebih tinggi. Terbaru, ternyata polusi juga menjadi penyumbang pemicu terjadinya stroke.
“Untuk menangani pasien stroke, diperlukan rumah sakit yang mampu melakukan penanganan yang baik. Stroke yang disebabkan penyumbatan, sesegera mungkin wajib dilakukan trombolisis untuk melepaskan sumbatan tersebut agar tidak menimbulkan kerusakan pada otak, dan disini kami menerapkan system Thrombolysis at ct scan yang bisa memberikan favourable outcome lebih tinggi” jelas dr. Peter dalam acara health talk bertema “Resiko Stroke di Sekitar Anda”, Selasa (29/10/2024), di RS Siloam TB Simatupang Jakarta Selatan.
Berkat kepercayaan dari Masyarakat setempat Siloam Hospitals TB Simatupang menjadi rumah sakit “Stroke ready”, yang dimaksud dari itu adalah rumah sakit yang memiliki tenaga medis kompeten, juga alat medis serta stroke ward khusus. Di emergency departemen sendiri kita segera bergerak cepat ketika menerima telepon dari pasien, tidak hanya ambulance tapi sampai dengan farmasi serta neurologist spesialis.
dr. Peter mengingatkan bahwa tindakan trombolisis bisa dilakukan dalam kurun waktu 60 menit sejak terjadinya serangan stroke. Semakin cepat dilakukan trombolisis, maka hasilnya akan semakin baik. Maka dari itu memilih rumah sakit yang tepat sejak pertama adalah hal bijak yang dapat dilakukan. Karena Siloam Hospitals TB Simatupang sudah memiliki 6 sertifikat angel dengan level diamond dan sudah mendapat pengakuan dari WSO (World Stroke Organisation) dan 85% pasien stroke di Siloam Hospitals TB Simatupang dipulangkan dengan skor 0-1 dari “The modified Rankin Scale”
“Pasien yang datang ke rumah sakit, tindakan pertama adalah melakukan CT-scan untuk memastikan penyebab terjadinya stroke apakah karena penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah. Tindakan ini merupakan ketetapan internasional yang tidak boleh dilanggar” ungkap dr. Peter.
RS Siloam TB Simatupang siap melayani pasien stroke dengan para dokter ahli dan tim pendukung lainnya. Dokter-dokter tersebut ditraining secara berkala. “Semua ini akan bisa diraih dengan kerjasama yang baik,” imbuhnya.
Rehabilitasi Medis Pasca Stroke
Dokter rehabilitasi medis pada unit Medical Rehabilitation Department RS Siloam TB Simatupang, Dr. Theresia Diah Arini, SpKFR, AIFO-K mengatakan, tindakan rehabilitasi medis dilakukan untuk membantu pasien stroke memperbaiki fungsi organ-organ tubuh, mencegah agar tidak terjadi komplikasi, mengatasi adanya disabilitas, dan memberikan alat bantu.
“Pasien stroke berpotensi terjadi komplikasi akibat terjatuh. Selain itu berpotensi juga terjadinya infeksi kemih, infeksi saluran nafas, akut bahu, dan depresi. Dalam rehabilitasi medis, yang pertama kali dicek adalah fungsi balance. Disisi mana yang terganggu, maka akan ditindaklanjuti,” ungkap Dr. Theresia.
Dalam rehabilitasi tersebut, lanjut Dr. Theresia, akan dibantu oleh dokter rehabilitasi medis, juga dilakukan fisioterapi, okupasi terapi dan terapi wicara. Okupasi terapi fungsinya untuk melatih gerakan tangan dan melatih supaya terampil mengurus dirinya sendiri seperti memakai baju sendiri, makan sendiri dan lain-lain. Sementara untuk terapi wicara tidak hanya melatih bicara tetapi juga dilatih cara makan supaya aman.
“Rehabilitasi medis pasca stroke memungkinkan untuk dilakukan. Pada pasien stroke apapun kondisinya, otak yang mengalami kerusakan jaringan tersebut bisa melakukan regenerasi selnya, walaupun prosesnya panjang. Saya sarankan agar pasien stroke dilakukan rehabilitasi sedini mungkin karena pada masa 2 bulan pertama pasca stroke akan terbentuk kebiasaan,” jelas Dr. Theresia.
Perlu diketahui, untuk mengukur derajat kecacatan atau ketergantungan dalam aktivitas sehari-hari orang yang menderita stroke atau penyebab kecacatan neurologis lainnya, dapat digunakan Skala Rankin Modifikasi (mRS) yaitu skala penilaian hasil global dengan satu item untuk pasien pasca-stroke. Skala ini digunakan untuk mengkategorikan tingkat kemandirian fungsional dengan mengacu pada kondisi sebelum stroke.
Berdasarkan tabel tersebut, skor 0 menunjukkan tidak ada gejala. Skor 1, menunjukkan tidak ada kecacatan yang berarti. Mampu melakukan semua aktivitas seperti biasa, meskipun ada beberapa gejala. Skor 2, adanya kecacatan ringan. Mampu mengurus urusan sendiri tanpa bantuan, namun tidak mampu melakukan seluruh aktivitas sebelumnya.
Selanjutnya, Skor 3 berarti menunjukkan kecacatan sedang. Membutuhkan sedikit bantuan, namun mampu berjalan tanpa bantuan. Skor 4 menunjukkan kecacatan sedang juga, namun tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuhnya sendiri tanpa bantuan, atau tidak dapat berjalan tanpa bantuan
Sementara Skor 5 dinilai memiliki cacat parah, sehingga membutuhkan asuhan dan perhatian keperawatan yang konstan, terbaring di tempat tidur, mengompol. Dan Skor 6 dikategorikan sudah mati.
Dalam melayani pasien stroke, Head Emergency Department RS Siloam TB Simatupang, dr. Michael Aquilar Sugianto menjelaskan, RS Siloam TB Simatupang dilengkapi oleh fasilitas-fasilitas pendukung yaitu Radiologi, Farmasi, 10 tempat tidur dan Ambulance yang siap antar jemput pasien stroke dengan menghubungi call center 1-500-911.
Seseorang yang mengalami gejala stroke, jelas dr. Michael, terdapat 6 gejala yang dikenal dengan istilah “BE FAST” yaitu Balance (kehilangan keseimbangan dan koordinasi secara tiba-tiba), Eyes (penglihatan kabur, ganda, atau kehilangan penglihatan tiba-tiba), Face (wajah terkulai dan mati rasa), Arm (kelemahan atau mati rasa pada lengan atau kaki di satu sisi tubuh), dan Speech (bicara tidak jelas, tidak dapat berbicara atau sulit dimengerti) dan Time (Segera menuju ke Rumah Sakit jika ada gejala tersebut).
“Pengetahuan dan pemahaman terhadap gejala tersebut sangat penting untuk mendeteksi stroke sejak dini dan mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat,” pungkasnya. (Red/Zah)