November 28, 2024

Jakarta, JNcom – Peningkatan ekonomi digital di Indonesia tidak lepas dari berbagai inovasi yang ada pada sektor tersebut. Mulai dari perkembangan industri fintech, pertumbuhan E-commerce yang pesat, peningkatan proses digitalisasi UMKM, serta dorongan Pemerintah berupa kebijakan dan regulasi yang mendukung berkembangnya ekonomi digital.

Hal tersebut memberikan peluang besar bagi perkembangan industri fintech di Indonesia yang didukung oleh tingginya pengguna internet sejumlah 221 juta orang dengan penetrasi penggunaan ponsel pintar sebesar 233 juta pengguna. Selain itu, demografi Milenial dan Generasi Z menjadi populasi mayoritas signifikan yang mencakup sekitar 53,821% dari total penduduk Indonesia, hal ini selaras dengan Laporan Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) Annual Member Survey (AMS) 2024 yang menunjukan bahwa pengguna fintech mayoritas adalah generasi Millenials dan Generasi Z mencapai 68,7%.

Berdasarkan laporan Google, Temasek, dan Bain, Gross Merchandise Value (GMV) internet Indonesia meningkat hingga USD 82 miliar. Dari sisi Pemerintah pun menargetkan pada tahun 2025, ekonomi digital di Indonesia dapat menembus angka USD 109 miliar yang didukung oleh data East Ventures Digital Competitiveness Index 2023, ekonomi digital Indonesia dapat melonjak hingga USD 360 miliar pada 2030.

Tren ekonomi digital yang terus meningkat tentu perlu diimbangi dengan pengetahuan dan edukasi yang baik, mengingat masyarakat menjadi penggerak utama ekonomi digital di Indonesia. Menurut hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2024 yang dirilis OJK, saat ini angka indeks literasi keuangan Indonesia berada di angka 65,43%, sedangkan, Indeks Inklusi Keuangan berada di angka 75,02%. Indeks inklusi keuangan yang lebih besar dibandingkan dengan indeks literasi keuangan menunjukkan masih terdapat ketimpangan edukasi dan literasi dari pengguna jasa keuangan sehingga menjadi tantangan bersama bagi pelaku industri keuangan terutama terkait perlindungan konsumen.

Perlu ada sinergi antara pemerintah selaku regulator serta pelaku industri untuk terus meningkatkan inklusi serta literasi keuangan bagi masyarakat Indonesia. Hal ini penting agar potensi ekonomi termasuk ekonomi digital yang sangat besar dapat dicapai dengan optimal melalui pemahaman yang baik dari masyarakat selaku penggerak perekonomian.

Sebagai langkah bersama untuk memperkuat industri fintech dan ekosistem ekonomi digital Indonesia, OJK bersama AFTECH, Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI) dan Asosiasi Fintech Pendanaan Indonesia (AFPI) serta pelaku industri kembali bersinergi menyelenggarakan The 6th Indonesia Fintech Summit & Expo (IFSE) 2024 yang akan berlangsung pada 12 – 13 November 2024 berlokasi di The Kasablanka Hall Jakarta dengan mengusung tema “Technology Convergence: Shaping the Future of Finance and Beyond”.

Kegiatan ini bertujuan untuk berbagi informasi mengenai perkembangan dan isu-isu terkini di bidang fintech dan inovasi keuangan digital bersama dengan regulator dan praktisi industri baik di tingkat domestik maupun global. Kegiatan IFSE ini merupakan acara puncak dari pelaksanaan Bulan Fintech Nasional (BFN) selama satu bulan penuh mulai 11 November 2024 yang bertepatan dengan momentum Hari Fintech Nasional hingga 12 Desember 2024. Ragam topik terkait financial planning, literasi keuangan, keamanan digital, serta outlook industri fintech di tahun 2025 akan dibahas pada kegiatan yang menargetkan 500 – 750 peserta conference dari pelaku industri Fintech, pemerintah, lembaga internasional, think tank, dan akademisi.

Pada acara pre-event media gathering di Gedung OJK Menara Radius Prawiro, Senin (04/11), Kepala Departemen Pengaturan dan Perizinan Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto (IAKD) OJK, Djoko Kurnijanto menyatakan bahwa tema acara tahun yaitu Technology Convergence, Shaping the Future of Finance and Beyond, menandai bahwa emerging global issue itu adalah terkait teknologi.

Lebih lanjut, Djoko menyampaikan bahwa terdapat empat tantangan utama dalam mengembangkan potensi digital khususnya di bidang inovasi teknologi sektor keuangan (ITSK). “Pertama, pertumbuhan ITSK Indonesia yang bergantung pada investasi di sektor fintech. Kedua, perlunya regulasi yang memadai. Ketiga, ketersediaan sumber daya yang kompeten, dan terakhir adalah terkait integrasi dan kolaborasi,” jelas Djoko.

Selain itu, Djoko juga menekankan bahwa OJK terus berkomitmen mendukung penuh dalam penyelenggaraan Indonesia Fintech Summit 2024 sebagai langkah sinergi dan kolaborasi antara regulator, asosiasi industri dan pemain industri untuk menciptakan ekosistem keuangan digital yang berdaya saing dan aman.

“Kami berharap bahwa IFSE dan BFN 2024 dapat menjadi wadah yang efektif untuk industri dapat terus melakukan inovasi bukan hanya dalam pengembangan produknya namun juga meningkatkan kolaborasi dengan berbagai sektor bisnis dalam memperkuat ekosistem keuangan digital,” tambahnya.

Sekretaris Jenderal AFTECH Budi Gandasoebrata menyatakan, The 6th IFSE dan BFN merupakan media untuk berdialog antara regulator dan industri, serta menjadi platform bagi para pelaku industri fintech untuk menampilkan inovasi produknya. Pemangku kepentingan dari OJK, Bank Indonesia (BI), Kementerian Keuangan, Kementerian Komunikasi dan Digital, serta stakeholders penting lainnya dijadwalkan akan turut serta hadir sebagai pembicara. Selain itu, berbagai perusahaan fintech juga akan menyelenggarakan berbagai program promosi di sepanjang BFN.

Sebagai Asosiasi yang resmi ditunjuk oleh OJK untuk mewadahi pelaku industri fintech, ajang The 6th IFSE dan BFN juga menjadi platform bagi para perusahaan fintech untuk memperoleh insights regulasi terkini dan sekaligus menampilkan inovasi terbarunya kepada masyarakat.

Sebagai salah satu mitra penyelenggara, Ketua Umum AFSI, Ronald Yusuf Wijaya menyambut antusias penyelenggaraan The 6th IFSE dan BFN 2024, yang dipandang sebagai kesempatan strategis untuk mendorong literasi dan inklusi keuangan digital syariah di Indonesia.

“Dengan peringkat ketiga dalam Global Islamic Fintech Report 2023/24 sebagai negara yang paling mendukung pertumbuhan fintech syariah, serta didukung oleh jumlah penduduk muslim yang besar, Indonesia berpotensi kuat untuk menjadi pusat ekonomi syariah berbasis fintech, yang dapat memperluas akses keuangan bagi masyarakat. AFSI siap memanfaatkan momentum ini dengan menghadirkan 32 program unggulan selama BFN, yang mencakup penguatan ekosistem keuangan digital syariah, literasi, dan peningkatan talenta digital muda, yang menargetkan segmen generasi muda, profesional, UKM, perempuan, dan penyandang disabilitas.

The 6th IFSE 2024 juga melibatkan kolaborasi dengan AFPI sebagai mitra penyelenggara, Sekretaris Jenderal AFPI, Tiar Karbala menyatakan, penyelenggaraan The 6th IFSE dan BFN 2024 membawa misi penting yang dapat memberikan dampak penting bagi industri fintech pendanaan dalam memperkenalkan fintech lending sebagai solusi inklusif yang mampu menjawab kebutuhan pendanaan UMKM.

Lebih lanjut Tiar berharap dengan partisipasi AFPI dalam penyelenggaraan The 6th IFSE dan BFN 2024 dapat memberikan wawasan baru bagi masyarakat dan UMKM tentang dampak positif penggunaan fintech lending dalam memberikan akses pembiayaan dalam pengembangan usaha.

“Terima kasih kepada mitra kami yang sigap dan saling bahu-membahu untuk kesuksesan The 6th IFSE dan BFN 2024 termasuk kepada rekan rekan media yang selalu mendukung dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat terkait ragam produk dan layanan fintech di Indonesia.” pungkas Sekretaris Jenderal AFTECH, Budi Gandasoebrata. (Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *