October 25, 2024

Jakarta, JNcom — “Capek, namun harus tetap kuat dan bertahan!”. Itulah yang dialami Prilly Latuconsina dalam film drama terbarunya persembahan Sinemaku Pictures, “Bolehkah Sekali Saja Kumenangis”. Disutradarai Reka Wijaya, Dikta Wicaksono dan Prilly ditantang untuk mengolah perasaan dan emosinya yang selama ini selalu dipendamnya sendiri, melepaskan beban masa lalu.

“Bolehkah Sekali Saja Kumenangis” mengikuti kisah Tari (Prilly Latuconsina). Setelah kakaknya meninggalkan rumah, Tari berjuang sendirian untuk menyelamatkan Ibunya (Dominique Sanda) dari Ayahnya (Surya Saputra) yang abusive. Tari yang sejak kecil menyimpan banyak sekali trauma, sudah tidak mampu menahan beban ini. Ditemani Baskara (Dikta Wicaksono), seorang pria temperamental yang juga bergabung di support group yang sama.

Film ini juga dibintangi oleh Widi Mulia (sebagai Nina), konselor di support group, Ummi Quary (Ica), Kristo Immanuel (Agoy), Gracia JKT48 (Sarah), dan Antonio Blanco (Dimas). Ide cerita film “Bolehkah Sekali Saja Kumenangis” dikembangkan oleh Umay Shahab, Prilly Latuconsina, dan Junisya Aurelita. Sementara skenario ditulis oleh Junisya Aurelita.

Film “Bolehkah Sekali Saja Kumenangis” mengajak penonton untuk merenung lebih dalam tentang emosi, khususnya kesedihan, yang seringkali kita pendam. Melalui kisah Tari, perempuan yang terbebani oleh trauma masa kecil dan masih ada hingga ia dewasa, film ini menyoroti pentingnya mengakui dan mengungkapkan perasaan sebagai langkah awal menuju penyembuhan.

“Bolehkah Sekali Saja Kumenangis” juga telah menjadi gerakan lewat kehadiran event sebelumnya, yang mengajak ribuan orang untuk mengolah rasa bersama, difasilitasi oleh konselor profesional. Selain itu, eksperimen sosial yang menghadirkan para pemeran film untuk membagikan perasaan-perasaan terpendam mereka selama ini dan belum pernah terungkap sebelumnya. Eksperimen tersebut, secara mengejutkan juga menjadi wadah bagi para warganet untuk saling mencurahkan emosi yang mereka alami.

Produser Film “Bolehkah Sekali Saja Kumenangis”, Umay Shahab mengatakan, alih-alih mengglorifikasi kesedihan film ini ingin menjadi platform penguat bagi individu yang masih harus berjuang dengan segala lapisan emosi mereka.

“Kami ingin film ini menjadi teman bagi siapa saja yang sedang berjuang dengan emosi mereka. Kami berharap penonton bisa menemukan kekuatan dalam diri mereka sendiri setelah menonton film ini,” kata Umay Shahab.

Film ini memperlihatkan suasana yang berat dan penuh tekanan. Tari, karakter utama, hidup dalam lingkungan yang penuh dengan ketegangan dan ketidakharmonisan. Penonton akan merasakan kegelisahan dan kesedihan yang mendalam saat menyaksikan perjuangan Tari untuk bertahan di tengah situasi yang sulit.

Namun, seiring berjalannya film, penonton akan mulai merasakan perubahan dalam diri Tari. Dia mulai belajar untuk mengungkapkan perasaannya, mencari dukungan dari orang-orang terdekatnya, dan berusaha untuk sembuh dari trauma masa lalunya. Perjalanan emosional ini akan membuat penonton terbawa dan ikut merasakan perjuangan Tari.

Salah satu momen yang paling kuat dalam film ini adalah ketika Tari akhirnya menangis. Adegan ini sangat emosional dan mampu membuat penonton ikut menangis. Menangis adalah bentuk pelepasan emosi yang sehat, dan film ini mengajak penonton untuk tidak takut untuk menangis dan mengungkapkan perasaan mereka.

“Kami ingin film ini menjadi ruang yang aman bagi penonton untuk merasakan berbagai emosi. Melalui cerita Tari, kami ingin menunjukkan bahwa setiap orang berhak untuk sembuh luka hatinya dan bahagia,” kata sang Sutradara, Reka Wijaya.

“Bolehkah Sekali Saja Kumenangis” adalah film yang penuh dengan harapan dan menyoroti proses penyembuhan luka batin dan emosional. Melalui kisah Tari, film ini ingin menunjukkan setiap orang berhak untuk sembuh dan bahagia. Film ini juga ingin mengajak penonton untuk lebih terbuka dengan emosi mereka dan tidak takut untuk mencari bantuan jika mereka membutuhkannya.

“Melalui Tari, saya berharap penonton bisa merasakan betapa pentingnya untuk tidak memendam perasaan. Menangis itu bukan tanda lemah, tapi bukti bahwa kita manusia,” kata pemeran Tari, pengembang ide cerita dan Produser Eksekutif “Bolehkah Sekali Saja Kumenangis” Prilly Latuconsina.

Melalui Baskara, saya juga ingin menunjukkan kita semua membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekat saat menghadapi kesulitan,” tambah Pemeran Baskara, Dikta Wicaksono.

Film “Bolehkah Sekali Saja Kumenangis” akan tayang di bioskop mulai 17 Oktober 2024. (red/zah)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *