Semarang, JNcom – Memiliki jiwa mandiri serta paham tentang lingkungan adalah tuntutan seseorang yang berfikir kreatif dan inovatif. Itulah yang dimiliki oleh Teguh Basuki pria kelahiran 1991 meniti kariernya berawal terinspirasi memberdayakan lingkungan di desa nya. Teguh yang kini menekuni usahanya bergerak di bidang Boga atau Cafe, ia juga memproduksi Gula Aren.
Teguh bukanlah serta merta menahkodai di dua usahanya, namun ia juga sebelumnya malang melintang bekerja di beberapa perusahaan Swasta di lingkungan Semarang.
“Awalnya saya prihatin dengan keadaan desa saya yang banyak tidak tau desa Branjang, kebetulan waktu itu karang taruna juga sedang tidak aktif jadi kurang adanya kegiatan yang bisa memicu lingkungan yang baik untuk sama sama berkembang, maka disitu saya mulai bergerak,” ungkap Teguh polos.
Ditambahkan, awalnya ia dari Karangtaruna bersinergi dengan pemuda untuk bergerak bersama mengembangkan desa dari awalnya membuat kegiatan bersama sampai coba angkat kegiatan untuk mencari segenap pemuda yang mau bergerak bersama, setelah itu ia coba cari info berbagai program pengembangan desa yang bisa diupayakan lalu kami ikut lomba cerita budaya desaku,.
Teguh terrgolong pemuda yang inovatif. Ia adalah pendatang namun mampu mencermati sebuah desa yang menjadi pijakannya. Ia mampu menjalin komunikasi dengan dinas Pariwisata untuk Mencoba mengembangkan desa wisata di desa nya walaupun pendatang, jadi ketika dirinya datang di desa tersebut ia bisa memetakan hal-hal yang sudah lumrah dilakukan di sini tapi unik bagi saya dan dari situ coba saya rangkai jadi paket wisata dan dijual ke pengunjung.
Dalam proses evaluasi Teguh mulai bergerak untuk mengurus ijin desa Wisata. Sebagai ketua pengelola desa Wisata, ia adakan kegiatan gelar budaya Branjangan untuk promosi paket paket wisata di desa wisata Branjang, dengan berjalannya waktu ia melihat beberapa potensi salah satunya “Gula Aren” yang awalnya petani hanya mengolah jadi gula balok yang nilai ekonomisnya kecil dibandingkan dengan kerja keras.
“Dari Petani kami mencoba menggandeng rekan-rekan pengusaha kopi di Semarang untuk mencari apa yang bisa kami buat dengan bahan yang ada yang bisa diserap oleh pasar akhirnya kami buat gula aren cair dan gula aren serbuk. Alhamdhulillah sampai sekarang masih jalan,” tuturnya.
Sementara untuk Gula Aren dalam index perbulannya bisa mencapai omzet dikisaran angka 48 jutaan pet-bulan. Omzet itu tergolong normatif, pasalnya dengan memiliki lebih dari enam karyawan telah didistribusikan diberbagai kota di Jawa Tengah.
Sementara itu, Teguh juga mengengbangkan sayap usahanya dibidang Kuliner. Sebuah cafe yang diberi label “Cafe Ing Strombo” dibangun diatas lahan 250 meter dengan konsep alam membuat pelanggan betah dengan menikmati hamparan Sawah.
“Cafe ING strombo yang beralamat di jalan Budirejo RT 03/3 Branjang Ungaran barat, menyajikan berbagai menu namun yang menjadi icon adalah Soto Batok dengan mematok cuma 5 ribu/porsi. Jadi di Cafe ini menjadi titik kumpul teman teman UMKM selalin pemberdayaan UMKM juga ada nilai sosialnya,” pungkas Teguh. (NANO)