Acara unik santri wisuda di bioskop
Bogor, JNcom – Selalu ada yang berbeda dan unik dari Pesantren Inggris Assalam, Bogor, yang dulunya merupakan Rumah Sahabat Anak (RSA) Puspita. Sejak berubah resmi menjadi Pesantren Inggris Assalam tahun 2012, sudah 127 santri yang diwisuda dengan beragam tingkat kelulusan yakni SMA dan SMP.
Keunikan pendidikan dari Pesantren Inggris ini adalah metode pengajaran dan menggunakan bahasa Inggris dalam komunikasi sehari-hari, hingga konsep wisudanya juga beda dari umumnya.
Seperti halnya acara wisuda 6 santri Pesantren Inggris Assalam, Sabtu (6/7/2024) kemarin yang berlangsung di Cinepolis Lippo Ekaloksari, Bogor. Acara wisuda angkatan ke-9 ini memilih tempat semacam bioskop sesuai tema wisuda Sinema. Makanya dalam acara wisuda kali ini, diputarkan beberapa film karya para santri Pesantren Inggris Assalam. Salah satunya film Sehari Semimpi, yang diprakarsai oleh santri bernama SyaAnisa. Sementara itu, film pendek lainnya karya para santri dapat ditonton di channel Youtube Tidak Sekolah.
“Kita mau bikin wisuda kita berkesan dan tidak kalah dengan anak-anak yang sekolah di luar. Kita memilih nuansa di bioskop, karena saya minat di perfilman dan tugas akhir saya di pesantren adalah membuat film pendek dengan profesional. Dan inilah penayangan perdana film yang saya dan teman-teman buat,” ucap Syalwa Ristiannisa, wisudawati setingkat SMA yang sudah menempuh pendidikan selama 6 tahun di pesantren Inggris Assalam, Bogor dalam siaran pers kepada wartawan, Senin (8/7/2024).
Foto dari atas ke bawah: Kegiatan rutinan malam minggu. Kunjungan ke TPA Bantargebang untuk memupuk kepedulian dengan kebersihan. Kumpulan bersama wali santri setiap satu bulan sekali
Wisuda angkatan ke-9 Pesantren Inggris Assalam ini terdiri dari 1 lulusan setingkat SMA dan 5 lulusan setingkat SMP. Pesantren ini memang tidak menerima santri lebih dari 50 orang tiap tahunnya. Pesantren Inggris mempunyai kurikulum dan program pendidikan santri dengan gayanya sendiri. Sejak angkatan pertama tahun 2013 sudah sebanyak 89 siswa SMP dan 38 siswa setingkat SMA yang berhasil dididik dan diwisuda di Pesantren Inggris Assalam.
“Kami mempunyai 2 program, program 3 tahun dan 6 tahun. Program 3 tahun anak anak mendapat bekal bahasa Inggris, basic nahwu sorof, dan pengenalan minat bakatnya si anak. Untuk program yang 6 tahun, selain penguatan skill, anak anak juga disiapkan untuk mandiri dengan mempunyai usaha sendiri. Pendidikan tidak hanya berbasis akademik dan agama, tapi lebih kepada kecakapan hidup (life skill), seperti musik, multimedia, perfilman, desain grafis, pembuatan roti, dan lain-lain,” jelas Hafas, putra ke-2 pendiri Pesantren Inggris Assalam, yakni Ali Qohar atau akrab dipanggil Aang yang sudah meninggal 3 tahun lalu.
Tampung Anak Jalanan
Pesantren yang mendapat dukungan coorporate social responsibility (CSR) dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari ini dulunya berupa Rumah Sahabat Anak (RSA) Puspita yang menampung puluhan anak jalanan.
Anak-anak ini berasal dari keluarga marginal yang harus ikut mencari nafkah sebagai pemulung, pengemis, buruh, ataupun tukang koran untuk membantu menopang kehidupan keluarga. Dari sisi kesehatan, lingkungan, apalagi pendidikan, anak-anak jalanan tersebut sangat rentan dan tidak tercukupi kebutuhannya.
Di sinilah RSA Puspita mengambil peran. RSA Puspita didirikan secara resmi pada 16 Mei 2000 yang diprakarsai Aang. Dengan bantuan dana dari Bogasari dan Kedutaan Besar Swiss, RSA Puspita berhasil membeli rumah kecil di Jalan Tegal Amba no 7 Duren Sawit, Jakarta Timur pada 2002, setelah sebelumnya mengontrak selama 2 tahun.
Aang dan istrinya, Dwi Adlah, yang akrab dipanggil Umi, kemudian menampung sejumlah anak-anak jalanan tersebut dan sekaligus bertindak sebagai orangtua bagi mereka. Beberapa anak-anak jalanan di angkatan awal Puspita ini, sudah ada yang berhasil menjadi pengusaha.
Riyadin misalnya, yang dulu anak jalanan dan ditampung di RSA Puspita sudah berhasil membuka usaha susu kedelai dengan merek PUSPITA dan produksi 500 ribu gelas cup per bulan atau omset Rp 550 juta per bulan.
“Riyadin sengaja memilih pakai merek Puspita karena disanalah dia merasa dididik dan dibesarkan,” ucap Hafas yang pimpin dan kelola Pesantren Inggris Assalam dibantu 14 guru.
Wisuda angkatan ke-9 kemarin juga dihadiri Tessa Piper, relawan guru dari Inggris yang rutin datang tiap bulan ke pesantren melalukan evaluasi sekaligus mengasah bahasa inggris anak anak. Ide awal penggunaan bahasa Inggris ini dari Kaviel Alawy, anak pertama almarhum Ali Qohar pendiri Assalam.
“Meski mengambil tagline unik Tidak Sekolah, pesantren Inggris Assalam terus menekankan edukasi agar para alumninya bisa melanjutkan kehidupan, baik bekerja atau kuliah seusai lulus dari Assalam,” kata Hafas. (Red)