Jakarta, JNcom – Fenomena perkembangan aliran sesat/sekte di Indonesia terus mengalami perubahan dan eksistensi bahkan sekarang ini seperti mendapatkan momentum. Apabila hal ini dibiarkan akan menganggu kerukunan umat beragama. Dalam agama Islam ada dua hal yang menjadi petunjuk hidup manusia yakni Alquran dan hadis dan Allah SWT telah memberikan seorang utusan terakhir, yakni Nabi Muhammad SAW untuk meluruskan jalan hidup manusia.
Menurut Prof Utang Ranuwijaya, aliran sesat di Indonesia sekarang ini seperti mendapat momentumnya untuk berkembang lebih leluasa karena bangsa Indonesia sedang menghadapi krisis multidimensi sehingga mental masyarakat sangat labil dan mudah terbawa kepada hal-hal negatif.
“Sehingga dengan HAM dan demokrasi yang disalahfahami para tokoh aliran sesat dapat mengambil peluang melakukan penetrasi kepada masyarakat khususnya umat Islam,” ujar Prof. DR. H. Utang Ranuwijaya, MA, Ketua MUI Bidang Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan Majelis Ulama Indonesia (KPPP MUI) ketika dihubungi JURNALNUSANTARA.COM, di Jakarta, Jumat (01/03/2024).
Dikatakan Prof Utang Ranuwijaya selama ini penanganan aliran sesat di Indonesia oleh pemerintah, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif, persuasif dan referesif sangat lemah sehingga aliran-aliran yang sudah difatwakan saja oleh MUI dan sudah ada SKB penanganannya cenderung dibiarkan berkembang secara liar tanpa ada upaya pengendalian.
“MUI dalam soal penanganan aliran sesat ini hanya mampu sebatas mengeluarkan fatwa, taushiyyah/ himbauan. MUI sendiri tidak punya alat eksekusi untuk menangani pasca fatwa, pasca taushiyyah atau pasca himbauan, kecuali dengan membentuk tim pembina dan pengawas dengan jangkauan yang terbatas, selain dakwah secara umum,” terangnya.
Disinggung terkait penistaan agama dalam aliran sesat mantan Dekan Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam dan mantan Direktur Pasca Sarjana UIN SMH Banten ini menyebut soal penistaan agama, sebenarnya setiap aliran sesat didalamnya mengandung penistaan terhadap agama, hanya saja ada yang benar-benar sengaja untuk menistakan agama, dan ada yang isinya setelah didalami ternyata juga menistakan agama, meskipun awal berdirinya tidak dimaksudkan untuk itu. Kelompok aliran sesat ini, meskipun sudah difatwakan, akan tetapi pada dasarnya masih ada.
“Ada yang terus bergerak dibawah tanah, ada yang merubah bentuk/ bermetamorposis dan ada bergerak dan berkembang secara terang-terangan bahkan perkembangannya terlihat lebih massive,” urainya.
Prof Ranuwijaya juga menambahkan bahwa yang sesat itu secara umum ada dua kategori yaitu aliran sesat dan pemikiran sesat.
“Kedua-duanya masih ada dan diantaranya ada yang cenderung berkembang,” tandasnya. (s handoko)