Jakarta, JNcom – Presiden Joko Widodo mengapresiasi kebijakan MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) yang dijalankan Kemendikbud Ristek dinilai telah menunjukkan dampak nyata bagi SDM Indonesia yang unggul dan berdaya saing sesuai kebutuhan masa kini dan masa depan. Terlebih kebijakan mampu memecahkan masalah, dan mampu memanfaatkan peluang yang ada.
Menurut Prof Sumaryoto substansi kebijakan MBKM sebetulnya tidak jauh berbeda dengan link and match yang sejak orde baru sudah ada. Hanya saja kemajuan teknologi mempengaruhi kelebihan program MBKM.
“Keterkaitan dan kesesuaian Link and Match artinya dari dua institusi yaitu dunia perguruan tinggi dan dunia industri/usaha. Keterkaitan dan kesesuaian tersebut memang harus ada sinkronisasi terkait dengan kurikulum. Dengan demikian, nantinya mahasiswa yang lulus, keterkaitan dengan dunia usaha bukan hal yang asing dan bukan hal yang baru,” ujar Prof Sumaryoto Rektor UNINDRA kepada JURNALNUSANTARA.COM,di Jakarta, Selasa (16/01/2024).
Dikatakan Prof Sumaryoto merdeka belajar artinya tidak belajar hanya dalam dunia kampus tapi juga dalam dunia praktik yang ada di dunia usaha/ industri itu positifnya.Tapi disisi lain jangan sampai MBKM itu jauh diluar rumpun karena apa? keterbatasan seseorangkan dia bakat dimana misalnya bahasa atau teknologi. Jangan sampai orang bahasa diberi kesempatan belajar mengenai teknologi hal ini yang tidak tepat ini yang harus diperhatikan.
“Maka dengan dasar itu kita tidak boleh merdeka dalam arti merdeka tidak ada batasannya. Mengapa demikian? Jika merdeka ada batasannya dan dalam jangkauan kurikulum, itu sah-sah saja dan tidak ada masalah. Tapi yang tidak benar adalah merdeka tidak ada batasan. Jika merdeka tidak ada batasan bagaimana? Hal tersebut mengingat bahwa kompetensi/keahlian seseorang terbatas dalam bidang tertentu. Misalnya, bidang teknologi tidak bisa dipaksa ke bidang sosial yang jauh berbeda. Hal yang demikian yang tidak dibenarkan,” terangnya.
Lebih lanjut Prof Sumaryoto menyatakan untuk di Unindra dikaitkan dengan Link and Match siap-siap saja dengan kurikulum yang fleksibel. Apabila ada mahasiswa yang berminat untuk ikut program MBKM akan difasilitasi sepanjang jangkauan kurikulum rumpun tercapai kalau tidak mencapai jangan disalahkan.
“Jadi artinya kalau mahasiswa itu terus ikut program diluar jangkauan kurikulum mereka tidak akan disetarakan. Yang diakui dan disetarakan yang masih serumpun yang masuk dalam jangkauan kurikulum,” tandasnya.(s handoko)