Jakarta, JNcom – Langkah Gemilang Galuh Kinayah, semenjak Taman Kanak-kanak (TK), keindahan tarian menjadi panggilan hati, masuk ke sanggar Tari Bali Dwipayana di TMII Jakarta Timur pada Kelas 1 SD
Annisa Galuh Kinaya kelahiran 8 September 2002 dengan sapaan akrabnya Galuh ataupun Naya. Melodi Sang Penari berbakat yang merajut kisah harmonis antara dunia Tari Bali dan Tarik Suara bergabung dengan sanggar Vokal ‘Kita Production’ di TMII Sejak Kelas 2 SD.
Prestasi gemilang Galuh (21) anak kedua dari 3 bersaudara, seorang mahasiswi berbakat di Poltekkes Kemenkes Jakarta III, Program DIV Teknologi Laboratorium Medis Semester 7 ini raih juara dalam Ajang Bakat Tari dan Vokal setelah aktif berkiprah di dunia seni selama beberapa tahun.
“Dunia tarik suara yang ditekuninya membuat Galuh menjadi pusat perhatian. Dengan kegiatan padatnya, Ia lebih fokus ke tarik suara namun tetap menyelipkan keindahan tarian dalam setiap langkah,” ungkapnya saat berbincang dengan Jurnalnusantara.com di kediamannya di Jakarta hari Ini, Kamis (11/1/2024).
“Eksplorasi Vokal yang mendalam, Galuh pada tahun ke-4 dan ke-5, memimpikan pengembangan diri lebih lanjut. Mendorong orangtua nya mencari guru tambahan untuk menyempurnakan keahlian vokalnya,” ucapnya penuh semangat.
Galuh yang juga alumnus SMAN 9 Halim Jakarta Timur (2017-2020) ini menyatakan, saat kelas 5 SD (2011) memfokuskan dirinya pada dunia vokal juga bermusik. Ia pun secara otodidak menekuni gitar serta bass yang dibantu kakak dan papahnya.
Sambungnya, ditahun tersebut Ia sudah memiliki girlband “Twinkle” dengan 4 personil vokal. Juga band “A4 Kids” dengan 9 personil vokal alat musik hingga menjuarai beberapa perlombaan.
Ini tak bertahan lama, Ia pun tidak melanjutkan kedua band tersebut. Seiring berjalannya band tersebut, Ia masih mengikuti perlombaan Solo Vokal dengan aktif baik mewakili sekolah maupun secara personal.
Dikatakan Galuh, tahun 2014 Ia kembali membentuk band baru “ChilOk” beranggotakan 3 orang dengan 2 personil lain yang lebih muda darinya.
“Band kami kini sering menggandeng teman-teman musisi berbakat sebagai pemain bass, mengingat kekurangan anggota yang ahli dalam instrumen tersebut,” kata Galuh dengan antusias.
“Band kami menghadirkan nuansa baru dengan sering mengundang teman-teman berbakat yang mahir dalam memainkan bass, mengisi kekosongan yang kami miliki,” ungkap Galuh penuh semangat.
Galuh berbagi kisah serunya, sembari memperlihatkan koleksi foto dan video, hingga pada suatu saat di kompetisi band cilik, tak terhindarkan saya harus menyanyi dan memainkan bass. Berkat Alhamdulillah, saya berhasil beradaptasi dengan baik, dan akhirnya, langkah saya terus melangkah dengan irama nyanyi dan dentingan bass.
Hingga pada suatu titik, perbedaan umur yang cukup mencolok mengubah dinamika kami, terutama dalam urusan pendidikan. Akhirnya, di awal tahun 2016, kami dengan tegas memutuskan untuk menutup babak perjalanan band kami.
Galuh membuka kisahnya, mengungkapkan bahwa setahun lamanya, dirinya terhenti dalam dunia musik karena papahnya didiagnosis kanker, dan waktu hidupnya tinggal sedikit. Kesulitan ini mendorong keluarga mereka untuk bersama-sama memutuskan berhijab, meyakini bahwa melangkah tanpa hijab akan menambah dosa yang harus dipikul oleh sang papah.
Galuh memutuskan berhijab pada akhir kelas 1 SMP atas kesadaran pribadinya, kemudian melangkah ke kelas 2 SMP karena merasa sudah cukup matang. Dalam kehidupan sehari-hari, dia dan keluarganya sepenuhnya fokus pada ibadah, berharap kesembuhan bagi sang papah.
Lebih lanjut, Galuh menjelaskan bahwa reputasinya terbentuk karena kepribadian yang ramah, rendah hati, kemampuan public speaking yang luar biasa, penampilan yang menarik, mampu mencuri perhatian setiap orang yang berpapasan dengannya.
Diundang oleh orang tua salah satu personel band dan sudah pernah berjumpa di festival sebelumnya, aku diajak untuk bergabung dengan grup band tersebut. Dengan restu dari orang tua, aku dengan senang hati menanggapi ajakan tersebut.
Galuh melejit kembali ke dunia musik saat berada di kelas 2 SMP (2017) dengan penampilan yang memukau, mengenakan hijab. Bergabung dalam band “FivePlus” bersama 4 personel sebaya, ia membuktikan bahwa kegemilangan musik tak mengenal batas penampilan.
Dengan bekal pengalaman yang melimpah, FivePlus tampil lebih matang dan berhasil meraih gelar juara dalam beberapa festival band. Bahkan, prestasinya tak berhenti di situ, menjadi band pembuka dalam beberapa acara musik artis papan atas.
Dalam dinamika kelompok yang wajar, terutama di bawah pantauan orang tua, satu anggota memilih keluar karena merasa tidak sejalan lagi dalam beda pendapat yang sering terjadi.
Meski hanya tinggal bertiga, semangat tak tergoyahkan bagi kami untuk terus berkembang. Keberanian itu membawa kami menemukan sosok baru yang ternyata tidak hanya sebaya, tetapi juga berpengalaman jauh lebih matang.
Tatkala memasuki kelas 1 SMA pada tahun 2018, saya menciptakan band “Simple Rock” yang ternyata menjadi band terbaik dalam perjalanan bermusik saya sebagai vokalis.
Sementara itu, di waktu yang sama, semakin giat ikut lomba solo vokal. Hampir setiap minggu, kami aktif tampil atau mengikuti kompetisi, bahkan merambah ke beberapa kota.
Berpartisipasi dalam kompetisi umum, kami tidak hanya bersaing dengan seumuran, melainkan juga dengan peserta dewasa. Keberhasilan menunjukkan kemampuan kami dan mengalahkan peserta yang lebih berumur menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi kami.
Dalam sebuah festival band, tak disangka kami bertemu dengan Gitaris ternama dari Kangen Band yang menjadi juri. Antusiasme yang luar biasa dari dirinya membuat kami berkesempatan untuk mendapatkan lagu khusus yang kemudian kami sajikan dalam single berjudul “Lepas”.
Usai merilis video klip, kami menjelajahi stasiun radio di sekitar Banten. Hasilnya, video kami mencapai lebih dari satu juta penonton, membawa sensasi luar biasa dalam perjalanan musik kami.
Seiring berlalunya waktu, terikat kontrak membuat kami terbatas dalam menjalani kegiatan di luar arahan produser. Hingga pada suatu titik, salah satu personel merasa terhambat tanpa adanya kegiatan tambahan dan memutuskan untuk meninggalkan band.
Kian berjalannya waktu, karena kami terikat dengan kontrak, jadi kami tidak bisa mengikuti kegiatan diluar arahan produser kami. Sampai akhirnya salah satu personil kami merasa tertahan karena tidak adanya kegiatan. Dia memutuskan untuk keluar dari band kami.
Seiring dengan kembalinya sakitnya papa saya, waktu latihan bersama personil lain menjadi semakin terbatas. Akhirnya, band kami pun menghentikan langkahnya di sini.
Di penghujung tahun 2018, iseng-iseng menciptakan lagu di kelas, papah malah mendorong saya untuk mengembangkan karya tersebut. Dengan dukungan beberapa pihak, akhirnya saya memulai proses rekaman dan membuat video klip untuk lagu berjudul “Terlalu Lama”.
Video klip ini akhirnya melihat hari saat pandemi Covid-19 melanda pada tahun 2020, melewati berbagai kendala. Di tahun yang sama, Galuh memasuki dunia perkuliahan, sementara saya terus berkarya sendiri sebagai solo vokalis.
Sejak 2020 hingga saat ini, saya berhasil meraih beberapa gelar juara dalam kompetisi solo vokal tingkat nasional.
Dua tahun keaktifannya di BEM kampus membawa dampak besar, memungkinkannya untuk mengembangkan diri dan berorganisasi, meraih beragam softskill yang memperkaya perjalanan pribadinya.
Dari perjalanan keluarga yang penuh berkah, kini kita membawa impian itu hingga ke negeri Jepang. Di sana, tekadnya untuk meraih sukses, baik melalui dunia menyanyi maupun pekerjaan paruh waktu.
Galuh menceritakan, sang direktur menyatakan bahwa kendari tidak fasih berbahasa Jepang, tetapi saya disukai karena memiliki daya tarik dan mampu menyentuh hati orang. Kelebihan lainnya, kemampuan positifnya menggambarkan cinta yang besar terhadap orangtua.
Galuh menyatakan, dalam bermusik, modalnya memang besar dan sulit dijadikan pekerjaan utama, kecuali jika ada artis top yang mengajaknya rekaman dan berkolaborasi, itu cerita lain yang membuka peluang baru.
Galuh senantiasa memikirkan orangtuanya, karena cita-cita yang diperjuangkan bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan sebagai bentuk terima kasih kepada orang tua yang telah membentuknya menjadi seperti ini.
“Gimana kita orangtua gak nangis dengarnya karena ingin nyenengin orangtua,” timpal bundanya menambahkan.
“Waktu ditanya mimpinya apa, bingung juga jawabnya,” ujar Galuh sambil melihat wajah Bundanya yang penuh semangat untuk kesuksesannya.
Galuh pun menuturkan, pokoknya hidup tanpa kerja yang sangat keras dan keras, tanpa harus diburu buru, Saya dan keluarga bisa hidup bahagia.
Tiba di penghujung 2023, tahun yang membekas karena meraih juara 1 Solo Vokal di Osaka, Jepang. Di tengah kesibukan akademik tingkat akhir, Galuh tetap memikirkan orangtuanya, menganggap cita-citanya sebagai bentuk terima kasih pada mereka yang telah membentuknya sejauh ini.
Dalam kepadatan aktivitas akademik dan melalui banyak tahapan serta penyaringan di perlombaan, akhirnya saya menjadi salah satu dari dua orang yang terpilih untuk mewakili Indonesia di Jepang.
Ternyata, di sana saya berhasil membanggakan negeri dan orang tua dengan meraih juara 1. Kompetisi ini diikuti oleh sekitar 40 peserta dari berbagai negara. (Guffe)