Kabupaten Semarang, JNcom – Nama Noor Hayati belakangan ini tidak hanya dikenal di lingkungan edukasi bahkan di ketahui ibu paruh baya ini waktunya nyaris tersita untuk melakukan kegiatan mengunjungi di berbagai peninggalan sejarah Leluhur (situs) yang telah ia jumpai diatas rata rata diperkirakan situs di era Kerajaan.
Candi Dukuh yang ia pilih tepatnya berlokasi di desa Rowoboni Banyubiru, Kabupaten Semarang sebagai kunjungan di penghujung akhir tahun 2023.
Seperti diketahui bagi pengunjung Sebelum naik ke Candi Dukuh, sebaiknya membersihkan diri dulu di Sendang mata air hangat, dan lebih baik lagi menyiapkan diri membersihkan hati dan batin dan pikiran kita, serta mengosongkan diri kita.
Sementara Candi Dukuh dilihat dari motif relief diperkirakan dibangun sekitar abad ke IX merupakan peninggalan kerajaan Mataram kuno yang bercorak agama Hindu. Hal ini dapat dilihat dari adanya Yoni dan juga motif relief yang menghiasi dinding candi.
Noor Hayati menuturkan, Pada masa awal diketemukan menurut warga sekitar masih ada beberapa Arca, namun dalam perkembangannya Arca tersebut hilang oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Selain itu Candi Dukuh juga dikenal dengan Candi Brawijaya, diduga Raja Brawijaya pernah bertapa di Candi Dukuh sehingga disebut juga sebagai petilasan Raja Brawijaya V, namun belum ada bukti prasasti yang menyebutkan secara pasti mengenai hal itu.
Bagi para wisatawan jika ingin berkunjung ke Candi Dukuh ini terletak kurang lebih 800 m dari jalan raya dan terletak di atas bukit kecil di tepian telaga Rawapening. Untuk naik ke Candi Dukuh dari bawah kurang lebih 500 m. Dikelilingi kebun milik warga dengan suasana alam pedesaan yang syahdu, teduh, asri dan tenang. Cocok untuk ritual juga menjadi wisata religi.
Dalam akhir kunjungan tempat bersejarah, dalam catatannya sudah beberapa tempat yang ia kunjungi bahkan diluar kabupaten Semarang.
Dalam pengamatan awak media, Noor Hayati selain giat dalam melestarikan budaya juga aktif dalam komunitas lintas agama.
Sebagai pendidik di sebuah SMA swasta di Ambarawa, ia merasa prihatin indikasinya belakangan ini generasi muda cenderung meninggalkan sejarah maka jika dicermati Indonesia yang Kita pijak ini adalah Surga, seperti tongkat Kayu Jadi Tanaman.
“Sebagai pewaris bangsa tentu tidak boleh melupakan Sejarah seperti Bung Karno mengatakan Jasmerah artinya, Jangan Sekali kali meninggalkan Sejarah,” pungkas Noor Hayati yang memiliki Favorit warna Merah. (NANO)