Boyolali, JNcom – Upaya untuk menurunkan angka Stunting sangat penting dilakukan secara bersama-sama karena Stunting tidak hanya berdampak pada perkembangan fisik bayi tetapi juga bisa mengganggu perkembangan otak sehingga stunting akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia.
Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Sukamto mengajak semua pihak untuk peduli terhadap upaya pencegahan stunting. Ia juga mengingatkan para orang tua terutama yang memiliki anak siap menikah, jangan menikahkan mereka terlalu muda atau terlalu tua.
“Ini penting sebagai upaya mencegah kelahiran bayi stunting, karena rahimnya belum siap,” kata Sukamto saat Sosialisasi Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Bersama Komisi IX DPR RI, Senin (11/12/203), di Gedung Pertemuan PKPN Tegalsari Siswodipuran Boyolali Jawa Tengah.
Anggota legislatif pusat yang pada Pemilu 2024 maju lagi lewat Daerah Pemilihan (Dapil) Jateng V meliputi Solo, Sukoharjo, Boyolali dan Klaten itu mengakui stunting tidak hanya berdampak pada pada menurunnya kualitas sumber daya manusia tetapi juga bisa mempengaruhi produktivitas dan daya saing.
Dari aspek medis, kata Sukamto, ada banyak faktor penyebab stunting di antaranya ASI (Air Susu Ibu) tidak sesuai kebutuhan, asupan makanan anak tidak baik, pola asuh yang tidak baik dan anak sering sakit. “Kebutuhan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan harus terpenuhi,” kata Sukamto.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Perwakilan (Kaper) BKKBN Kalimantan Barat (Kalbar), Pintauli Romangasi Siregar menjelaskan mengenai dampak stunting. Menurutnya, dalam jangka pendek stunting selain mengganggu perkembangan otak dan menjadikan kecerdasan berkurang, juga bisa menimbulkan gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabololisme tubuh.
Sedangkan dampak jangka panjang antara lain menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah terpapar penyakit, meningkatnya risiko memiliki diabetes, obesitas, penyakit jantung, pembuluh darah, kanker, stroke dan disabilitas pada usia tua.
Mengacu pada Kebijakan dan Strategis Percepatan Penurunan Stunting sebagaimana arahan serta kebijakan Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, lebih lanjut Pintauli Romangasi Siregar menyatakan pentingnya mencetak SDM unggul. Kebijakan itu juga dalam rangka meraih target SDGs 2030 yaitu menghilangkan kelaparan dan menurunkan risiko kekurangan gizi, mengurangi risiko angka kematian ibu, menurunkan angka kematian neonatal dan akses kesehatan reproduksi yang universal.
Demi terwujudnya Indonesia Emas 2045, menurut dia, keberadaan Perpres Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting harus dijadikan acuan. Adapun tujuannya, pertama, menurunkan prevalensi stunting. Kedua, meningkatkan kualitas kehidupan berkeluarga. Ketiga, menjamin pemenuhan asupan gizi. Keempat, memperbaiki pola asuh. Kelima, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dan keenam meningkatkan askes air minum dan sanitasi.
Harapannya 5 pilar yang menjadi target tujuan pembangunan berkelanjutan pada 2030 bisa tercapai, yang meliputi aspek komitmen dan visi kepemimpinan, komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat, konvergensi intervensi spesifik dan intervensi sensitif, ketahanan pangan dan gizi serta sistem data, informasi, riset dan inovasi.
Pintauli menambahkan, pemerintah juga sudah memiliki Rencana Aksi Nasional untuk pendekatan keluarga berisiko stunting. Langkah ini ditempuh antara lain melalui penyediaan data keluarga berisiko stunting dan data kasus stunting, pendampingan keluarga berisiko stunting, pendampingan semua calon pengantin/calon PUS (Pasangan Usia Subur), surveilans keluarga berisiko stunting dan audit kasus stunting.
Hadir pula pada acara tersebut Ketua Tim Datin Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, Iwan Dwi Antoro serta Kepala dinas DP3KB Kabupaten Boyolali Ratri Sulvivalina. Acara juga dimeriahkan pembagian doorprize. (**)