Jakarta, JNcom – Pesantren adalah produk genuine legasi ulama Nusantara dengan multi wajah yang telah mewarnai corak kehidupan keislaman, kenusantaraan dan kebangsaan.
Lebih jauh menengok Sejarah sebelum lahirnya mode-model pendidikan di nusantara, pesantren diyakini menyerukan embrio pertama pendidikan di nusantara yang dirintis oleh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Ampel), sejak berdirinya pesantren telah menerapkan konsep pendidikan komprehensif dengan menggabungkan 3 elemen dasar sekaligus, yakni transfer of knowledge, transfer of value dan transfer of sprirituality yang berjalan secara simultan, sehingga pesantren bukan saja menghasilkan output capaian prestasi akademik, tetapi mampu menghasilkan outcome vigure yang tampil memainkan peran kunci dalam berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia.
“Sejak masa prakemerdekaan para masayikh dan para santri-santrinya terlibat aktif dalam perjuangan melawan penjajah Belanda dan sekutunya melalui laskar santri hisbullah, laskar sabilillah, dan laskar-laskar santri yang berbasis pesantren,” ujar KH Abdul Muhaimin, Ketua Umum Ikatan Pesantren Indonesia (IPI) kepada JURNALNUSANTARA.COM, di Jakarta, pada Senin (07/08/2023).
Menurutnya Heroisme perjuangan melawan agrisor asing. perjuangan itu mencapai puncaknya dengan dikeluarkannya maklumat resolusi jihad. K.H Hasyim Asyari yang melahirkan pertempuran besar 10 November di kota pahlwan ini, dengan dikukuhkannya menjadi hari pahlawan nasional,” imbuhnya.
Seperti diketahui Pesantren, yang hari ini tersebar di 3943 lokasi, diperkotaan maupun di ujung- ujung Nusantara adalah potensi sumber daya manusia tangguh yang siap mengabdikan diri, untuk berkiprah menyongsong masa depan Indonesia emas.
“Pondok pesantren sebagai lembaga mandiri yang tumbuh dan diasuh oleh
Masyarakat, selalu ber-akselereasi, beradaptasi dan co-eksistensi sehingga tetap bertahan ratusan tahun dalam melahirkan proses regenerasi yang kontekstual untuk menjawab tantangan zaman,” terangnya.
Ketika disinggung terkait Mukernas IPI yang berlangsung tanggal 11-13 Agustus 2023 di Surabaya, Gedung Sridjaya, 11-13 Agustus 2023 diharapkan lancar dan sesuai rencana terpenting pesantren jangan dipolitisasi.
“Posisi pesantren baik secara internal/ jangan dikapitalisasi untuk kepentingan politik,” terang Abdul Muhaimin yang juga Koordinator Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB) ini.
Dalam Mukernas tersebut rencananya akan dihadiri 33 pengurus DPW, 412 DPC, ulama sepuh Jatim dan beberapa Menteri akan masih dalam konfirmasi.
Dikatakan Muhaimin Ikatan Pesantren Indonesia kedepannya mengarah kepada Proyeksi Masa Depan Pesantren
“change is never ending process” tentu dalam hal menghadapi perubahan zaman dengan kompleksitas dan polarisasi berbagai tantangan dan permasalahannya.
“Ikatan Pesantren Indonesia mendeklarasikan jargon utamanya yaitu IPI reborn, sebagai upaya untuk meneguhkan kembali kepada jati
diri, karakter, prinsip-prinsip dan nilai-nilai historisitasnya menjadi lembaga yang mandiri, yang terus menerus siap mengabdikan diri untuk menjaga, merawat dan mengawal bangsa Indonesia di kancah global,” urainya.
Lebih jauh Abdul Muhaimin mengatakan sebagai induk organisasi pesantren, IPI (Ikatan Pesantren Indonesia) dengan
rentan jaringan yang meliputi 33 dewan pimpinan wilayah, 412 dewan pimpinan
cabang memiliki tanggung jawab dan beban kerja untuk mengkonsolidasikan dan mengordinasikan segenap anggotanya agar searah dengan visi dan misi yang telah ditetapkan organisasi sebagai kompas arah masa depan perjalanan ikatan pesantren
Indonesia.
“Visi: mengokohkan agama, meneguhkan bangsa. Misi: mandiri, berdaya , inovatif (MADAIN). Visi dan misi besar IPI tersebut mengandung konsekuensi, hendaknya institusi pesantren sebagai lembaga keagamaan mampu menjadi kontributor kemanusiaan moral, dan peradaban sekaligus peneguh eksistensi bangsa Indonesia dalam percaturan global. Sebagai wujud implementasi visi dan misi tersebut di atas, segenap eksponen IPI diharapkan senantiasi istiqomah untuk mengusung visi dan misi itu dalam setiap geraknya,” tegas Ketua FPKB Yogyakarta.
Ditambahkan Muhaimin akhirnya perhelatan besar kali ini, tentunya menjadi batu pijak atau molestone yang kokoh. Visi dan misi tersebut sekaligus menuntut setiap pesantren tidak sekedar sebagai katalisator politik atau objek kepentingan lainnya diluar pesantren.
“Dengan kehadiran Wakil Presiden untuk membuka perhelatan nasional, kami optimis akan memproleh dukungan optimal baik berupa doa dari para masayikh maupun suprastruktur dan infrastuktur ataupun stakeholder lainnya dalam memuluskan program kerja hasil mukernas IPI (Ikatan Pesantren Indonesia),” tandasnya. (s Handoko)