Nasional

Pengelola TMII Jadi Kunci Konstruksi Makna Mobil Listrik di Wisata Budaya 

×

Pengelola TMII Jadi Kunci Konstruksi Makna Mobil Listrik di Wisata Budaya 

Share this article

Agus Hitopa Sukma (Dekan FISIP IBI-K57), Evie Sintya (Human Capital TMII), Misnan (Kaprodi Komunikasi IBI-K57) & Alamsyah (Multimedia IBI-K57)

Jakarta, JNcom — Peneliti IBI Kosgoro 1957 melakukan penelitian terkait Persepsi Pengelola Berperan dalam Pembentukan Brand Equity Mobil Listrik.

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim dosen Institut Bisnis dan Informatika (IBI) Kosgoro 1957 mengungkap bahwa jajaran pengelola Taman Mini Indonesia Indah (TMII) memiliki peran penting dalam membentuk realitas sosial dan citra merek (brand equity) mobil listrik yang digunakan di kawasan wisata budaya tersebut.

Ketua tim peneliti, Misnan, menjelaskan bahwa riset ini berangkat dari fenomena transformasi TMII menuju destinasi wisata ramah lingkungan yang kini menggunakan kendaraan listrik sebagai moda transportasi utama.

Di lain pihak, di balik inovasi teknologi tersebut, terdapat dinamika sosial dan komunikasi yang menentukan bagaimana nilai merek mobil listrik dipahami, dimaknai dan diterima oleh pengelola serta pengunjung.

“Mobil listrik di TMII bukan hanya alat transportasi, tetapi simbol kemajuan teknologi dan identitas nasional. Namun persepsi terhadap nilai dan citra merek itu tidak terbentuk secara otomatis, ia dibangun melalui komunikasi dan pengalaman sosial di antara para pengelola,” ujar Misnan.

Melalui pendekatan konstruksi sosial Berger dan Luckmann, penelitian ini menemukan bahwa pemaknaan terhadap mobil listrik dibangun melalui interaksi sehari-hari, diskursus kelembagaan dan representasi simbolik dalam aktivitas wisata. Proses tersebut membentuk persepsi tentang efisiensi, modernitas dan nasionalisme ekologis yang melekat pada kendaraan ramah lingkungan.

Selain menggunakan metode kualitatif dan observasi partisipatif, penelitian ini juga menerapkan kerangka quad helix, yang melibatkan kolaborasi antara empat aktor utama yaitu pemerintah, pengembang kendaraan listrik, pengelola TMII dan pengunjung, untuk memahami proses difusi inovasi teknologi di sektor pariwisata budaya.

“Brand equity mobil listrik tidak hanya dibentuk oleh perusahaan otomotif, tapi juga oleh bagaimana pengelola dan publik menarasikan maknanya dalam konteks sosial budaya. TMII menjadi ruang simbolik di mana nasionalisme, keberlanjutan dan teknologi saling berkelindan,” tambah Misnan.

Riset yang didanai melalui Hibah DIKTI ini menargetkan hasil berupa model konseptual konstruksi sosial brand equity mobil listrik di destinasi wisata budaya, rekomendasi strategi komunikasi institusional serta publikasi ilmiah dan buku ber-ISBN. Puncaknya, penelitian akan diarahkan pada komunikasi sains untuk desa wisata berbasis kearifan lokal (2026).

“Melalui penelitian ini, kami ingin menunjukkan bahwa teknologi hijau tidak hanya soal efisiensi energi, tetapi juga soal komunikasi dan nilai-nilai budaya yang menyertainya,” tutup Misnan. (***)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *