Nusantara

Gereja Santo Yusup Meriahkan Hari Pangan se-Dunia

×

Gereja Santo Yusup Meriahkan Hari Pangan se-Dunia

Share this article

Ambarawa, JNcom – Dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia, Gereja Santo Yusuf Ambarawa mengadakan rangkaian kegiatan, Ngalap berkah Gunungan sayur setinggi 2 meter, pembagian bibit tanaman bagi umat di paroki Santo Yusup Ambarawa, Bazaar oleh UMKM dan juga sekolah Katolik yang bergerak dibidang pertanian seperti SMK SPP Kanisius Ambarawa dan juga SMK Theresiana Bandungan dan juga Wanita Katolik.

“Dalam memperingati Hari Pangan Sedunia kita semua diajak untuk bersyukur atas segala yang telah kita miliki tinggal dibumi Indonesia yang kaya akan sumber daya alamnya. Dan mensyukuri semua karunia Illahi yang boleh kita terima selama ini,” ujar Kepala Paroki, Romo Stevanus Brata Kartolo, SY.

Persiapan yang dilakukan sangat singkat, dalam Satu Minggu panitia mempersiapkan sehingga peringatan HPS dapat berjalan dengan baik dan tepat mengena di hati umat.

Sekolah Katolik diberikan kesempatan untuk membuka stand dengan ciri khas sekolah yang bergerak dibidang pangan, mengolah lahan pertanian dengan hasil panennya berupa buah dan sayur. Sekolah juga mendapat kesempatan untuk mengisi acara dengan menampilkan tampilan ditengah Bazaar yang diselenggarakan.

“Harapan kedepan kita diajak untuk bersyukur atas segala hasil bumi yang telah kita nikmati selama ini dari bumi Pertiwi, Nusantara tercinta, Indonesia ditengah kemajuan jaman di era digital, kita hendaknya dapat bijaksana dalam mengolah bumi Pertiwi. Kita pun turut mendukung gerakan dalam Laudato Si dan juga melaksanakan berjalan bersama kaum muda memanfaatkan lahan pertanian, menunjukkan jalan kepada Tuhan, jalan kebaikan dan juga berjalan bersama kaum Lemah, Miskin dan Tersingkir untuk bersama menjaga bumi sebagai rumah kita bersama,” imbuhnya.

Setelah tampilan dari sekolah dilanjutkan dengan Ngalap berkah Gunungan sayur di halaman gereja. Gunungan sayur melambangkan dunia dengan gunung sebagai puncaknya, perwujudan dari gunung Mahameru dengan dukungan segenap umat masyarakat simbol dari kebersamaan dan keharmonisan bumi Nusantara yang gemah rumah loh jinawi.

Filosofi Gunungan Sayur Robyong sebagai berikut Gunungan Robyong adalah salah satu elemen penting dalam budaya Jawa yang digunakan sebagai bagian dari ubo rampe sesaji, terutama dalam acara-acara syukuran. Lebih dari sekadar hidangan, gunungan Robyong mengandung filosofi mendalam yang mencerminkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

Gunungan berbentuk kerucut yang melambangkan gunung (Maha Meru), sebuah simbol sakral dalam budaya Jawa. Gunung dipandang sebagai pusat kehidupan spiritual, tempat di mana Tuhan, leluhur, dan dewa-dewa bersemayam. Bentuk kerucut ini juga melambangkan hubungan antara makrokosmos (alam semesta) dan mikrokosmos (kehidupan individu), mengingatkan kita akan pentingnya keseimbangan dan keharmonisan antara manusia dengan alam dan juga dengan sesama

Gunungan sayur melambangkan hasil bumi sebagai rejeki kita yang senantiasa kita nikmati dari sektor pertanian, menjadi simbol bahwa rejeki yang kita peroleh harus halal dan diperoleh melalui kerja keras yang jujur. Ini mengingatkan kita bahwa dalam setiap langkah hidup, kita harus menjalani kehidupan yang murni dan bermartabat.

Gunungan Robyong juga dihias dengan berbagai sayuran yang memiliki simbolisme mendalam:
Robyong melambangkan kehidupan yang bermanfaat bagi orang lain. Dalam bahasa Jawa, ada ungkapan “urip iku urub,” yang berarti hidup yang bermanfaat, menyala, dan memberi terang bagi sesama.

Gunungan Robyong: Wujud Keselarasan dengan Alam

Salah satu makna mendalam dari Gunungan Robyong adalah kesadaran akan keterikatan kita dengan alam.Gunungan sayur dihias dengan buah-buahan sebagai simbol harapan bahwa setiap langkah hidup akan berbuah manis. Filosofi ini mencerminkan doa agar setiap manusia, seperti anak yang baru lahir, akan selalu didukung oleh alam dalam menjalani kehidupan yang harmonis.

Dalam kehidupan sehari-hari, Tumpeng Robyong mengajarkan kita untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan alam semesta. Manusia terbentuk dari empat elemen alam—tanah, air, udara, dan api—dan sebagai makhluk ciptaan, kita diingatkan untuk merawat alam demi keseimbangan dan kelangsungan hidup bersama.

Refleksi Hari Pangan Sedunia:
Gunungan Robyong simbol syukur kepada Tuhan dan alam semesta. Filosofi ini mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan dalam kehidupan, baik secara spiritual maupun fisik. Manusia harus hidup dalam harmoni dengan alam, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan, pengorbanan, dan tanggung jawab dalam keluarga.

Melalui Gunungan Robyong, kita diingatkan untuk selalu bersyukur atas kemurahan Tuhan dan menjaga keselarasan dengan alam agar kehidupan kita selalu berbuah manis, penuh kedamaian, dan keberkahan.

Keharmonisan kehidupan kita dengan Tuhan, sesama dan lingkungan alam semesta. (Noor Hayati S, Pd)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *