Nasional

Antisipasi Melonjaknya Korban Narkotika, Yayasan Cakra Sehati Minta Pemerintah Perbanyak Pusat Rehabilitasi

×

Antisipasi Melonjaknya Korban Narkotika, Yayasan Cakra Sehati Minta Pemerintah Perbanyak Pusat Rehabilitasi

Share this article

Jakarta, JNcom – Kehadiran pusat rehabilitasi sosial korban narkotika dan psikotropika yang dikelola oleh Yayasan Cakra Sehati dalam membantu Pemerintah mengatasi persoalan narkotika di Indonesia sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Pendiri yayasan yang merupakan aktivis sosial ini memiliki visi membantu Pemerintah dalam memperluas akses layanan rehabilitasi terhadap korban dan penyalahgunaan narkotika.

Ketua Yayasan Cakra Sehati, Wilis Wulandari menjelaskan, Yayasan Cakra Sehati yang berdiri sejak Februari tahun 2019 memiliki misi sebagai fasilitator akses layanan kesehatan dan pendampingan bagi korban penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, menjadi agen edukasi dalam program P4GN, kelompok pemberdaya mantan korban dan penyalahgunaan narkotika, motivator dan fasilitator jaringan kerja antar organisasi, kelompok dan individu dalam isu narkotika, serta berkontribusi dalam pengkajian isu-isu terkait penyalahgunaan narkotika dan psikotropika di Indonesia.

“Orang tua saya sebagai pendiri yayasan ini merupakan seorang aktivis sosial yang menginginkan yayasan ini bermanfaat bagi orang lain. Sebagai penerus, suka duka memang sudah saya rasakan. Sukanya bisa bermanfaat bagi orang lain, namun dukanya terkadang muncul dari ulah si korban dan sikap keluarga korban, bahkan muncul juga dari oknum yang belum memahami persoalan narkotika dan penanganannya,” ungkap Wilis, usai menggelar acara santunan anak yatim piatu, Jumat (11/4/2025) di kantor Yayasan Cakra Sehati, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Dalam menjalankan kegiatannya, kata Wilis, Yayasan Cakra Sehati berfokus pada rehabilitasi sosial yaitu bagaimana memulihkan korban agar bisa kembali diterima kembali ditengah masyarakat. Salah satu cara yang pernah ia lakukan adalah menciptakan hal-hal positif pada diri si korban dengan memanfaatkan bakat dan kemampuan si korban serta menyalurkannya dalam aktivitas pekerjaan.

“Jadi mereka diberdayakan sesuai kemampuan yang dimilikinya misalnya mereka ahli cuci steam, lalu kita salurkan. Namun demikian, dari aspek spiritualnya juga mereka dibekali sebagai bagian dari upaya yayasan dalam merehabilitasi mentalnya,” ungkap Wilis.

Ditambahkan Wilis, tingkat keberhasilan rehabilitasi pasien sejak yayasan tersebut berdiri semakin meningkat secara signifikan. Hal tersebut dilakukan berkat keseruan yayasan dalam merehabilitasi korban, termasuk memberikan edukasi kepada keluarga korban dengan memberikan pengetahuan untuk mengantisipasi munculnya masalah narkotika dalam keluarga tersebut.

Diakui Wilis, persoalan narkotika di Indonesia menjadi sebuah dilema bagi sebagian lembaga rehabilitasi narkotika. Kasus narkotika yang dianggap sebagai bencana yang dibuat sendiri oleh pelaku menjadi alasan Pemerintah mengutamakan penyaluran bantuan untuk korban bencana alam.

“Dengan kondisi seperti itu, daripada kita mengkritik Pemerintah akhirnya saya mengajak teman-teman untuk bekerja dengan apa adanya. Jika ada keluarga korban tidak mampu pun, tidak apa-apa kita terima. Yang penting keluarganya mau anaknya sembuh,” ujar Wilis yang kini tengah menangani 45 pasien korban narkoba dari jumlah kapasitas yang ada sebanyak 70 orang.

Sebagai orang yang konsen terhadap rehabilitasi korban narkotika dan penyalahgunaan psikotropika, ia berharap kepada Pemerintah untuk memperbanyak lembaga rehabilitasi yang mumpuni dan benar-benar mengabdi kepada negara. Pasalnya, fenomena narkotika penyalahgunaan psikotropika yang meningkat menyebabkan overload di penjara dan kewalahan bagi lembaga rehabilitasi.

“Saya berharap Pemerintah terus memperbanyak lembaga rehabilitasi yang mumpuni dan benar-benar mau mengabdi kepada negara,” pungkasnya. (red/my)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *